Jangan Sembarang Konsumsi Antibiotik, Begini Tips Bijak dari Kemenkes yang Perlu Anda Pahami

- 14 Juni 2021, 15:26 WIB
Ilustrasi antibiotik.
Ilustrasi antibiotik. /PIXABAY

LINGKAR KEDIRI - Bersikap bijak dalam menggunakan obat, termasuk antibiotik memang sangat diperlukan, sehingga tidak terjadi resistensi antibiotik.

Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Agus Nurali mengingatkan agar menggunakan antibiotik hanya untuk infeksi bakteri, dan tidak membelinya sendiri melainkan dengan resep dokter.

"Tepat untuk kebutuhan klinis. Antibiotik hanya untuk infeksi bakteri, tidak dapat membunuh virus atau mikroba lain seperti jamur parasit dan protozoa. Berbahaya bila tidak sesuai dengan kebutuhan klinis, penyakit virus tidak memerlukan antibiotik tetapi antivirus," ujar Imran sebagaimana dikutip lingkarkediri.pikiran-rakyat.com dari laman Antara.

Baca Juga: Kabar Gembira, Kemenkes Pastikan Orang dengan Gangguan Jiwa Juga Akan Dapatkan Vaksin

Adapun sejumlah penyakit yang merupakan akibat dari infeksi bakteri dan membutuhkan antibiotik misalnya seperti demam tifoid, meningitis, tuberkolosis (TBC), infeksi paru seperti pneumonia, difteri, infeksi saluran cerna seperti disentri, infeksi saluran kemih, gonore (kencing nanah), dan sifilis.

Di sisi lain, peran dari tenaga kesehatan juga sangat penting dalam membantu masyarakat agar bijak dan rasional menggunakan antibiotik.

Langkah bijak yang dapat diambil yakni salah satunya adalah memberikan antibiotik sesuai dengan indikasi, yakni hanya untuk infeksi bakteri, memperbaiki dan mempercepat diagnostik infeksi, serta melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik.

Baca Juga: Pertimbangkan Soal Vaksinasi Malam Hari Saat Puasa Ramadhan, Kemenkes: Apakah Kita Sudah Siap?

Pemakaian antibiotik juga harus memerhatikan dosis yang sesuai dengan kebutuhan, umumnya minimal untuk lima hari terkait indikasi penyakit dan penggunaan obat untuk jangka waktu yang cukup lama serta biaya terjangkau.

Lebih jauh, tenaga kesehatan juga perlu memberikan pemahaman dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penggunaan antimikroba secara bijak.

Adapun salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat).

Baca Juga: Terdapat Vaksin COVID-19 yang Kadaluwarsa pada 25 Maret, Begini Tanggapan Kemenkes

Gema Cermat bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam penggunaan obat secara benar dan rasional.

Sementara itu, terkait dengan resistensi antibiotik, ini merupakan kondisi saat bakteri bertahan hidup dari serangan antibiotik yang sebenarnya berfungsi mengatasi infeksi bakteri penyebab penyakit serius seperti diare yang parah.

Dalam sejumlah kasus, kondisi tersebut menjadi suatu hal yang sulit untuk disembuhkan sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit, dan biaya pengobatan yang tidak sedikit.

Baca Juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Lebih Cepat Menular, Kemenkes Himbau Masyarakat Perketat Protokol Kesehatan

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter (overuse & misuse) menjadi salah satu penyumbang terbesar angka resistensi antimikroba (AMR) di dunia yang kesehatan.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penggunaan antibiotik meningkat 91 persen secara global dan meningkat 165 persen di negara-negara berkembang pada periode 2000-2015.

Hal tersebut menjadikan AMR salah satu dari sepuluh ancaman kesehatan global yang paling berbahaya di dunia.***

Editor: Erik Okta Nurdiansyah

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x