Facebook dan TikTok Blokir Tagar Konspirasi Pemilu AS, Ini Penyebabnya

7 November 2020, 09:21 WIB
PEMILU AS 2020: Kantor Layanan Pos Amerika Serikat Kewalahan Sisir Surat Suara yang Tercampur di Pennysylvania / joe-sommerlad/www.independent.co.uk

LINGKAR KEDIRI - Pemilu Amerika Serikat baru saja di gelar.

Tidak mau ikut campur berlarut, aplikasi trend anak muda yaitu Facebook dan TikTok hapus tagar konspirasi pemilu AS.

Awalnya tagar yang beredar hanya tentang klaim tidak berdasar bahwa Demokrat mencoba memanipulasi pemilu.

Baca Juga: Hasil Pemilu Amerika Serikat, Israel Khawatir Langit Jatuh jika Joe Biden Menang Pemilu

Cepat bertindak akhirnya Facebook, tagar yang diblokir termasuk #stopthesteal, yang telah digunakan secara luas untuk membuat klaim manipulasi pemilu yang tidak berdasar oleh Demokrat.

Dan #sharpiegate, yang terbukti salah menuduh bahwa penggunaan penanda Sharpie menyebabkan suara Trump tidak terhitung di Arizona.

Alasan yang kini muncul di selain Facebook, Aplikasi kekinian yaitu TikTok memblokir #sharpiegate, #stopthesteal, dan istilah yang lebih umum #riggedelection.

TikTokjuga memiliki alasan sama tentang klaim yang tidak mendasar. 

Lain hal dengan aplikasi anak muda yaitu Twitter tampaknya tidak memblokir tagar teori konspirasi pemilu apa pun.

Baca Juga: Joe Biden Dikepung Truk Pendukung Trump, Donald Trump: Patriot Ini Tidak Melakukan Kesalahan Apa Pun

Cuitan yang sedang sering muncul di Twitter ditandai dengan pesan yang mendorong pembaca untuk mempelajari lebih lanjut tentang upaya keamanan pemilu.

Dampak positif agar pembaca lebih cerdas dalam membaca berita.

Moderasi tagar yang berfokus pada teori konspirasi ini adalah bagian dari upaya yang lebih luas oleh platform media sosial pekan ini untuk dengan cepat menghapus informasi yang salah seputar pemilu.

Twitter secara agresif memberi label pada cuitan Trump yang membuat klaim yang tidak berdasar atau salah tentang bagaimana total pemilihan dihitung.

Facebook telah menambahkan label serupa, dan telah memblokir grup berisi 300.000 orang bernama "Stop the Steal." Facebook juga mengatakan "melihat seruan yang mengkhawatirkan untuk melakukan kekerasan dari anggota grup tersebut."

Baca Juga: Hingga Kutip Hadis Nabi Muhammad, Joe Biden: Saya Janji Islam Akan Diperlakukan Sebagaimana Mestinya

TikTok mengatakan pemblokiran pada tagar tersebut adalah bagian dari "moderasi normal dan pendekatan terhadap informasi yang salah, perkataan yang mendorong kebencian, dan konten lain yang melanggar pedoman kami."

"Kedua tagar tersebut telah dihapus karena konten dengan tagar ini sering kali melanggar kebijakan informasi kami yang menyesatkan," kata juru bicara TikTok kepada The Verge.

Upaya yang dilakukan Twitter tidak tinggal diam. Aplikasi ini telah secara proaktif memantau tagar #StopTheSteal dan Tweet terkait sejak Selasa (3/11).

Twitter memiliki cara yang lebih berbeda. Tidak langsung memblokir tagat tapi ke inisiatif dalam pencegahan.

Biasanyatidak memblokir tagar, namun mencegah tagar yang melanggar kebijakan konten perusahaan menjadi tren.

Upaya tersebut dilakukan agar bisa membuat warga Twitter lebih cerdas dalam membuat tagar untuk trend. Tidak asal apalagi sampai tagat yang mengandung hoak.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler