Presiden Jokowi Bahas Isu Kesehatan Hingga Perkembangan Kondisi Myanmar Saat Bertemu PM Vietnam

- 23 April 2021, 21:34 WIB
Presiden RI, Joko Widodo
Presiden RI, Joko Widodo /Kemensetneg/

LINGKAR KEDIRI - Presiden Joko Widodo membahas isu kesehatan, kerja sama ekonomi, Zona Ekonomi Eksklusif serta perkembangan kondisi Myanmar saat bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Vietnam Phạm Minh Chính.

"Di dalam pertemuan bilateral, Presiden fokus dalam empat isu, yang pertama adalah pentingnya penguatan kerja sama kesehatan," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Jum’at 23 April 2021 di Istana Kepresidenan Bogor.

Dilansir dari Lingkar-Kediri.com dari Antara, kunjungan PM Phạm Minh Chính ke Indonesia tersebut adalah yang pertama kalinya setelah dilantik pada 5 April 2021 lalu.

Baca Juga: Ternyata Nanas Dapat Membuat Kulit Tampak Lebih Sehat dan Cantik

"Kesehatan adalah hal utama dan kapan pandemi ini akan berakhir belum diketahui, karenanya kerja sama di bidang kesehatan menjadi sangat penting," ujarnya.

Menurut Retno, Presiden Jokowi mendorong kedua negara untuk menyerukan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara dan dalam jangka panjang menciptakan ketahanan kesehatan di Asia Tenggara.

"Kedua, Presiden menekankan pentingnya peningkatan kerja sama ekonomi. Presiden mengajak Vietnam untuk menurunkan hambatan baik di bidang dagang dan investasi," ujar Retno.

Baca Juga: Teringat Wasiat Ayah Tentang Kebahagiaan, Sule: Sampai Mati Enggak Akan Berhenti Melawak

Pembahasan ketiga adalah mengenai pentingnya percepatan perundingan perbatasan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).

"Perundingan tersebut telah berlangsung 11 tahun dan Presiden menekankan pentingnya untuk mempercepat penyelesaian perundingan," rambah Retno.

Presiden Jokowi dalam pertemuan itu menyarankan agar tim teknis kedua negara dapat segera berunding kembali dan menyelesaikan negoisasi.

Baca Juga: Terkapar Lemah Karena Covid-19, Atta Halilintar: Aurel Juga Diproses, Setiap Hari Tidur Sama Aku

"Ditekankan oleh Presiden bahwa penyelesaian perundingan sangat penting karena memberikan kejelasan mengenai ZEE masing-masing negara, mengurangi kemungkinan adanya insiden kapal-kapal nelayan serta menekankan pentingnya bahwa klaim batas ZEE antarnegara harus diselesaikan berdasarkan hukum internasional yaitu UNCLOS 1982," jelas Retno.

Isu keempat yang dibahas adalah terkait dengan perkembangan situasi di Myanmar.

"Kedua pemimpin melakukan tukar pandangan situasi terakhir di Myanmar dan menyampaikan keprihatinan atas berlangsungnya kekerasan dan jatuhnya kroban jiwa," kata Retno.

Baca Juga: Kaya Omega 3 dan Bisa Menurunkan Berat Badan, Ini Kandungan Tersembunyi Ikan Lele

PM Phạm Minh Chính, menurut Retno, menyampaikan apresiasi kepemimpinan Indonesia yang menginisiasi ASEAN Leaders Meeting (ALM).

"PM Vietnam menyampaikan bahwa kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar sementara Presiden Jokowi menyampaikan posisi Indonesia terkait Myanmar dari sejak awal sudah jelas, keselamatan dan kesejahteraan rakyat Myanmar menjadi prioritas," ujarnya.

Presiden Jokowi pun menegaskan bahwa kekeserasan dan penggunaan senjata harus dihentikan sehingga korban tidak bertambah.

Baca Juga: Orang Tua Betrand Peto Lakukan Cara Unik Permintaan Maaf dan Terimakasih pada Sarwendah, Begini Tujuanya

"Dialog inklusif harus dilakukan agar demokrasi, keamanan dan perdamaian dan stabilitas dapat segera dikembalikan di Myanmar," ungkap Retno.

Retno menjelaskan kedua kepala pemerintahan sepakat ALM yang rencananya akan dilangsungkan pada Sabtu (24/4) dapat menghasilkan kesepakatan yang terbaik bagi Myanmar.

"Bapak Presiden menekankan bahwa ALM ini semata dilakukan atau diselenggarakan untuk kepentingan rakyat Myanmar," ujarnya.*

Editor: Erik Okta Nurdiansyah

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x