Banyak Memakan Korban Jiwa, Inveksi Covid-19 dan Vaksin di Indonesia sedang Disorot Media Asing

- 8 Juli 2021, 15:19 WIB
Ilustrasi Foto: Vaksinasi Gratis untuk pengguna Kereta Api, rincian stasiun yang melayani
Ilustrasi Foto: Vaksinasi Gratis untuk pengguna Kereta Api, rincian stasiun yang melayani /Instagram.com/@kementerianbumn

LINGKAR KEDIRI – Kasus infeksi Covid-19 di Indonesia terus naik dari hari ke hari hingga membuat pemerintah terpaksa harus menerapkan PPKM.

Akibat lonjakan pasien positif petugas medis di rumah sakit pun semakin kewalahan.

Bahkan, Seorang ahli paru Indonesia, Erlina Burhan mengeluh kesal setelah melakukan shift panjang di rumah sakit.

Baca Juga: Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie Ditangkap Polisi Atas Dugaan Penyalahgunaan Narkotika

Dan bahkan kehilangan 200 stafnya yang terinfeksi Covid-19 meskipun telah divaksinasi.

"Ini gila, benar-benar gila," kata Erlina kepada Reuters, dikutip dari Reuters, Kamis, 8 Juli 2021.

"Lebih banyak pasien tetapi lebih sedikit staf. Ini konyol," katanya.

Menurut Asosiasi Rumah Sakit Indonesia (IHA), ada sekitar 95 persen tenaga kesehatan yang telah divaksinasi lengkap dan sebagian besar menggunakan vaksin Sinovac China.

Baca Juga: Ada Adegan Rusak Ka’bah di Fortnite, Upaya Cuci Otak Generasi Muda? Simak Faktanya

Tetapi, menurut kelompok data independen Lapor Covid-19, dari 131 petugas kesehatan, sebagian besar yang divaksinasi dengan suntikan Sinovac telah meninggal sejak Juni, termasuk 50 petugas kesehatan pada Juli ini.

Di tengah lonjakan infeksi covid-19, beberapa profesional medis kini mempertanyakan kemanjuran vaksin meskipun pemerintah Indonesia mengatakan masalahnya terletak pada varian Delta bukan vaksin.

Lia Partakusuma selaku sekretaris jenderal IHA, mengatakan bahwa dia telah melakukan survei pada rumah sakit besar milik pemerintah di kota-kota besar di Jawa.

"Mereka mengatakan 10 persen staf mereka positif Covid-19 dan staf itu harus diisolasi selama dua minggu," ujarnya.

Baca Juga: Beredar Kabar Jokowi Menyatakan akan Mundur dari Jabatan Presiden, Simak Faktanya

Meskipun profesional medis lainnya mengatakan banyak yang diasingkan selama lima hari karena mereka sangat dibutuhkan di tempat kerja.

Menurut IHA, peningkatan untuk kasus Covid-19 naik menjadi empat kali lipat dalam angka resminya dalam sebulan terakhir.

Angka tersebut mencapai lebih dari 34.000 per hari, itu berarti jumlah yang membutuhkan rawat inap telah naik menjadi tiga hingga lima kali lipat.

Sementara itu, ahli epidemiologi mengatakan bahwa tingkat pengujian yang rendah pada data resmi Covid-19 tidak benar-benar mencerminkan tingkat wabah.

Baca Juga: Najwa Shihab: Pilek Dicovidkan, Darah Tinggi Dicovidkan, Bupati Banjarnegara: Saya Minta Maaf Gak akan Ulangi

Di sisi lain, pasien Covid-19 yang tidak mendapatkan perawatan dengan terpaksa harus disambungkan dengan infus di tempat parkir.

Begitu juga dengan pasien lain yang terbaring koma di tempat tidur darurat di koridor rumah sakit, selain itu juga ada yang mencari oksigen di tengah kekurangan oksigen yang terjadi di rumah sakit di seluruh Jawa.

"Banyak rumah sakit hampir penuh atau kelebihan kapasitas," kata direktur rumah sakit dan IHA.

Pakar kesehatan masyarakat khawatir situasinya akan memburuk dan memperingatkan bahwa Indonesia bisa menjadi 'India berikutnya'.

Baca Juga: Cek Fakta: SBY dan AHY Terjerat Kasus Korupsi, Keduanya Terjaring OTT KPK

Organisasi untuk Kerja sama dan Pembangunan Ekonomi mengatakan bahwa Indonesia memiliki 0,4 dokter per 1.000 orang, hal itu membuat Indonesia kurang siap untuk menangani krisis Covid-19.

Seorang eksekutif rumah sakit dengan nama anonim, mengatakan bahwa merawat pasien Covid-19 seringkali membutuhkan keterampilan yang tidak dapat dimiliki oleh siswa atau sukarelawan lainnya.

Pemerintah telah memberlakukan PPKM Darurat yang ketat di pulau Jawa dan Bali, sementara menteri kesehatan telah menjanjikan hampir 8.000 lebih banyak tempat tidur rumah sakit.

Tetapi para dokter bertanya, apa gunanya lebih banyak tempat tidur tanpa staf?

"Masalahnya adalah tenaga kerja. Kalaupun kita bisa menambah ruang, siapa yang bisa mengurusnya?" kata ahli saraf Eka Julianta Wahjoepramono.

Baca Juga: Kakak Beradik Kepergok Lakukan Hubungan Terlarang, Mereka pun Membuang Bayi Hasil dari Hubungan Sedarah

Sedangkan Indonesia saat ini sangat bergantung pada vaksin Sinovac dari China karena merupakan satu-satunya perusahaan farmasi yang dengan cepat menjualnya dalam jumlah besar.

Pada awalnya program inokulasi Sinovac secara signifikan mengurangi kematian akibat Covid-19  karena terdapat 158 dokter meninggal karena penyakit pernapasan pada Januari lalu, tetapi kemudian jumlahnya turun menjadi 13 pada Mei.

Discalimer: Artikel ini sebelumnya telah tayang pada BekasiPikiran-Rakyat.com dengan judul "Indonesia Disorot Media Asing, Infeksi Covid-19 dan Vaksin Sinovac Dapat Bahayakan Tenaga Kesehatan"

***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: Bekasi Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah