Pada saat itu Presiden Jokowi mengatakan kebutuhan akan makanan yang terjangkau mengalahkan masalah pendapatan, dan larangan tersebut akan dicabut setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi.
Dilakukan pada 5-10 Mei, survei Indikator mengatakan penurunan persetujuan Jokowi sebagian besar terkait dengan kenaikan harga minyak goreng dan efek inflasi flow-on, dan kesenjangan antara ekspektasi kebijakan dan kenyataan di lapangan, setelah larangan ekspor gagal untuk membuat harga turun secara signifikan setelah keputusan tersebut.
Jajak pendapat tersebut, yang mensurvei 1.200 orang, menemukan bahwa meski hampir 90% mendukung larangan ekspor, lebih dari 72% mengatakan harga minyak goreng masih kurang terjangkau, atau tidak terjangkau sama sekali.
Istana kepresidenan tidak segera tersedia untuk dimintai komentar.
Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan larangan ekspor akan tetap berlaku sampai harga minyak goreng curah turun menjadi Rp 14.000 per liter di seluruh negeri.
Hingga Kamis lalu, data Kementerian Perdagangan menunjukkan minyak goreng curah dijual dengan harga Rp 16.600 per liter.
Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***