Ternyata Pendiri HMI Teman Diskusinya Ketua PKI DN Aidit, Begini Kisahnya

- 30 September 2020, 00:48 WIB
HMI dan PKI
HMI dan PKI /Dok. Pribadi

Lingkar Kediri - Dibalik kisah sejarah pertentangan antara Himpunan Mahasiswa Islam dan Partai Komunis Indonesia (PKI), ternyata ada keterikatan sejarah antar kedua organisasi itu.

Pendiri HMI, Lafran Pane, adalah teman diskusi pendiri PKI, Dipa Nusantara Aidit (DN Aidit).

Mungkin masyarakat hanya mengetahui bahwa HMI adalah salah satu musuh PKI. Banyak buku-buku sejarah yang menyebutkan hal demikian.

Baca Juga: LINK Live Streaming Indonesia U-19 vs Dinamo Zagreb U-19, Cek Linknya

Baca Juga: MK Kabulkan Permohonan Uji UU Penanganan Covid-19

Disebutkan dalam novel karangannya A. Fuadi yang berjudul "Merdeka Sejak Hati", ternyata ada kedekatan antara pendiri HMI dan pemimpin PKI itu.

Saat itu, Lafran Pane kecil (yang kini menjadi Pahlawan Nasional), sering diajak oleh kedua kakaknya, Sanusi Pane dan Armijn Pane, untuk mengikuti diskusi kepemudaan.

Diskusi tersebut bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia yang saat itu masih terjajah.

Baca Juga: Bawaslu Jabar Larang Kampanye Lewat Iklan Layanan Masyarakat

Baca Juga: Army Harus Tau, Ini Daftar Film Favorit yang Sering Ditonton BTS

Namun, Lafran Pane belum bisa bergabung lantaran kebiasaannya sejak kecil hidup di dunia luar yang minim akan diskusi kepemudaan.

Akhirnya, ia luluh dengan bujukan kakaknya, Armijn Pane.

"Berhentilah melihat dirimu sendiri sebagai pusat perhatian yang harus diperhatikan orang. Lihatlah dunia, lihatlah bangsa kita ini, lihatlah sekelilingmu. Ini zaman orang menyusun rencana dan tenaga untuk mendongkel penjajah selamanya dari tanah air kita ini. Tidakkah kau lihat ke depan, bagaimana hidup kita nanti, apakah akan terus dijajah atau merdeka," kata Armijn Pane kepada Lafran.

Baca Juga: Radiasi Bulan Ternyata Berbahaya Bagi Tubuh Manusia, Ini Penjelasannya

Baca Juga: Tsunami 20 Meter di Pulau Jawa Belum Tentu Terjadi, Ini Sederet Pengetahuan yang Perlu Dipahami

Lafran kaget mendengar ucapan kakaknya itu. Sontak, ia mau ikut dalam diskusi kepemudaan.

Ternyata pertemuan antara Lafran Pane dan DN Aidit bermula ketika Lafran berumur 17 tahun dan satu sekolah.

Lafran mengaku bahwa DN Aidit merupakan kawan dan lawan debatnya. Saat sekolah, Lafran dan DN Aidit sering terlibat dalam diskusi atau rapat pergerakan untuk membahas tentang bagaimana cara mencapai kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Kelengkeng Lumajang Dilirik Pasar Internasional, Khofifah: Ini Potensi Agro Luar Biasa di Lumajang

Baca Juga: Hasil MotoGP Catalunya 2020, Rossi Terjatuh, Quartararo Kokoh di Puncak Hingga Finish

Lafran dan DN Aidit sering bertukar pendapat, bahkan sering berbeda pendapat karena Lafran dan DN Aidit mempunyai dua kesamaan, yaitu penggila buku dan cakap dalam berdiskusi.

Namun, organisasi yang mereka pimpin kini bentrok karena perbedaan ideologi. Sampai DN Aidit ingin membubarkan HMI dengan memotivasi anggota PKI dengan pidatonya.

"Kalau CGMI tidak bisa membubarkan HMI lebih baik anggota CGMI yang laki-laki menggunakan kain saja," orasi DN Aidit.

Baca Juga: UPDATE MotoGP Catalunya 2020, Waduh Rossi Jatuh di Sisa 9 Lap Lagi

Baca Juga: UPDATE MotoGP Catalunya 2020, Espargaro Jatuh di sisa 12 Lap Lagi

Maksud dari kata kain itu adalah sarung, karena DN Aidit menganggap bahwa anggota HMI mayoritas berasal dari kalangan santri yang identik dengan pakaian sarungnya.

"Seharusnya tidak ada plintat-plintut terhadap HMI. Saya menyokong penuh tuntutan pemuda, pelajar, dan mahasiswa Indonesia yang menuntut pembubaran HMI, yang seharusnya sudah lama bubar bersama dengan bubarnya Masyumi".***

 

*)Disclaimer : Artikel ini hanya sekadar informasi bagi pembaca. Lingkar Kediri tidak bertanggungjawab atas copyrights sumber berita. Hal yang berkaitan dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab sumber aslinya.

Editor: Erik Okta Nurdiansyah

Sumber: Buku A. Fuadi "Merdeka Sejak Hati"


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah