Hari Dokter Nasional: Ternyata Ada Dokter Indonesia Lulusan Pertama di Belanda, Inilah Orangnya

24 Oktober 2020, 11:37 WIB
Ilustrasi dokter. *Pixabay /Pixabay/

Lingkar Kediri - Selamat Hari Dokter, 24 Oktober 2020. Tahun ini, Indonesia bahkan seluruh dunia sedang menghadapi peperangan yang mengharuskan dokter untuk berdiri di garis depan.

Berbagai macam bentuk pujian dan dukungan ditujukan pada para dokter dan pihak yang bekerja di bidang kesehatan juga para relawan karena telah berdiri di garda terdepan menghadapi Pandemi COVID 19.

Untuk memperingatinya, mari kita mengulang sejarah tentang dokter Indonesia yang menjadi lulusan pertama dari negara Belanda.

Baca Juga: Walikota Tasikmalaya Jadi Tersangka Kasus Suap, Berikut Fakta-Faktanya

Baca Juga: Inilah 5 Jurus Jitu Jokowi Atasi Inflasi di tengah Pandemi, Apa Saja? Simak Penjelasannya

Mas Asmoen namanya seorang pria kelahiran Boeloelangang, Malang Pasuruan pada tahun 1880. Lahir dari pasangan Raden Mas Soemo di Prodjo dan Mas Arlia.

Sempat mengenyam di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) yaitu sekolah pendidikan dokter untuk pribumi.

Selanjutnya dia menempuh studi kedokterannya di Belanda. Tidak mudah untuk seorang pribumi mendapatkan akses untuk dapat bersekolah, apalagi sampai bersekolah di Belanda.

Baca Juga: Libur Panjang, Kemenag Himbau Pegawainya Agar Patuh Protokol dan Waspada Bencana Hidrometeorologi

Baca Juga: Jadwal Kualifikasi MotoGP Teruel Hari Ini, Joan Mir Puncaki Klasemen

Hanya siswa-siswa pintar dan berasal dari keluarga bangsawan yang dapat mengaksesnya. Pada 1904, Menteri Urusan Daerah Hindia Belanda Dirk Fock mengeluarkan izin kuliah kedokteran di Belanda bagi lulusan STOVIA.

Mas Asmaoen waktu itu mendaftarkan diri. Walaupun dia bukan yang pertama masuk kuliah kedokteran dari golongan pibumi, dia yang menjadi lulusan pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Amsterdam dari Hindia Belanda.

Setelah lulus, Mas Asmaoen bekerja di Institute of Naval and Tropical Medicine di Hamburg Jerman.

Baca Juga: Setahun Pemerintahan Jokowi, Kemenkeu Selalu Aktif Kawal Ekonomi di Era Pandemi, Apa Saja? Simak ini

Baca Juga: 5 Buah Berserat ini Dapat Atasi Kolestesterol, Diabetes hingga Kanker, Berikut Jenis dan Manfaatnya

Selang beberapa bulan, Mas Asmoen diberi kesempatan untuk pulang ke Hindia Belanda.

Di Hindia Belanda, Mas Asmoen bekerja sebagai perwira kesehatan di pasukan kolonial.

Dari situ dia mendapat kewarganegaraan Belanda, dan menikahi seorang putri Belanda yang lahir di Surabaya bernama Adriana Asmaoen-Punt.

Baca Juga: Menaker Ida Fauziyah Serahkan JPS Bagi Kelompok Kerja Perempuan Terdampak Covid-19 di Mojokerto

Baca Juga: Hari Dokter Nasional 2020, Inilah Sejarah Berdirinya IDI di Indonesia

Dari pernikahannya, Mas Asmaoen dikaruniai 2 orang putra dan 1 orang putri. Maximiliaan Cornelis Asmaoen, Rudolf Alexander Asmaoen, dan Mathilda Asmaoen.

Mas Asmaoen diangkat menjadi perwira kesehatan Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL) yaitu tentara yang melayani pemerintahan Hindia Belanda.

Walaupun itu adalah jabatan pertama yang didapat oleh putra pribumi, karir Mas Asmoen tidak dapat bertahan lama di KNIL. Dia mendapat penolakan dari perwira Belanda karena latar belakangnya yang seorang pribumi.

Baca Juga: Suguhan Akhir Pekan, Berikut Jadwal Tayangan Stasiun TV Indosiar dan SCTV Sabtu, 24 Oktober 2020

Baca Juga: Jadwal Tayangan Televisi Trans7 dan Trans TV Akhir Pekan, Ada Bioskop Spesial dan K-Movievaganza

Akhirnya Mas Asmaoen dipindah tugaskan di Irian, tapi dia jatuh sakit karena tidak dapat menyesuaikan kondisi tubuhnya dengan Indonesia. Akhirnya Mas Asmaoen meninggal pada 1917.***

Editor: Erik Okta Nurdiansyah

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler