Bank Indonesia Bersiap Sesuaikan Bunga Acuan Sambil Menunggu Tanda-tanda Peningkatan Inflasi Inti

13 Juli 2022, 12:40 WIB
Ilustrasi inflasi dan deflasi. /Pixabay.com/Tumisu/

LINGKAR KEDIRI – Geliat inflasi ekonomi baru-baru ini menjadi fokus utama bagi banyak negara di dunia.

Pasalnya, inflasi ini telah menelan korban nyata, yaitu negara Sri Lanka yang sekarang carut-marut ekonominya karena diduga ada kesalahan pemerintah dalam mengatur ekonomi negara.

Melihat hal ini, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung tengah bersiap melakukan tindakan jika inflasi meningkat.

 Baca Juga: Polemik Kasus Subang, Saksi DWKO Sempat Kumpul-kumpul Menjelang Pembunuhan Tuti dan Amel, Ada Apa?

Juda Agung mengatakan siap menyesuaikan suku bunga acuan jika ada tanda-tanda inflasi inti yang terdeteksi lebih tinggi.

Rencana ini juga akan tetap mewaspadai tekanan inflasi dan dampaknya terhadap ekspektasi inflasi.

"Dalam kebijakan moneter, Rapat Dewan Gubernur BI sebelumnya telah memutuskan untuk mempertahankan kebijakan suku bunga acuan," kata Juda dalam Kegiatan Sampingan G20 Indonesia 2022 bertajuk "Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery" di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu, dilansir LingkarKediri dari Antara.

 Baca Juga: Kejanggalan Kasus Subang, Yoris Sering Sakit-sakitan Usai Pembunuhan Tuti dan Amel, Kakak Korban Jadi Sorotan

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) mulai meningkat, yang didorong oleh tekanan dari sisi penawaran sebagai akibat wajar dari kenaikan harga komoditas internasional.

Namun, Inflasi inti tetap dalam target kisaran BI sebesar dua persen hingga empat persen.

Di sisi lain, ia mengatakan inflasi harga bergejolak juga meningkat, yang terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan kendala sisi penawaran yang disebabkan oleh cuaca buruk.

 Baca Juga: Polemik Kasus Subang, Wanita Ini Terang-terangan Mendesak 4 Saksi Ini Untuk Jujur Kepada Penyidik Polda Jabar

Inflasi harga yang diatur pemerintah pun tetap tinggi, yang dipengaruhi oleh harga tiket pesawat dan energi.

Juda menjelaskan peningkatan inflasi memang terjadi di seluruh dunia, dengan harga pangan dan energi menyentuh rekor tertinggi, yang memukul standar hidup di seluruh dunia.

"Pengetatan kebijakan moneter yang agresif untuk mengatasi inflasi di beberapa negara maju ekonomi, telah memperketat kondisi keuangan global dan telah mendorong pasar volatilitas baru-baru ini," tuturnya.***

Editor: Yulian Fahmi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler