LINGKAR KEDIRI – Inflasi Indonesia melaju ke level tertinggi tujuh tahun didorong oleh melonjaknya harga pangan, data menunjukkan pada hari Senin kemarin.
Memicu seruan untuk kenaikan suku bunga, meskipun gubernur bank sentral mengisyaratkan dia tidak terganggu karena inflasi inti tetap rendah.
Pada 4,94%, tingkat inflasi Juli merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015, yang mencerminkan kenaikan harga bahan makanan, bahan bakar rumah tangga dan tiket pesawat, serta kenaikan beberapa tarif listrik.
Sebuah jajak pendapat Reuters memperkirakan tingkat 4,82%. Tingkat Juni adalah 4,35%.
Tingkat inflasi inti Juli, yang menghapus harga yang dikendalikan pemerintah dan harga pangan yang bergejolak, kira-kira sesuai dengan ekspektasi di 2,86%, naik dari 2,63% sebulan sebelumnya.
Kisaran target Bank Indonesia (BI) untuk inflasi headline adalah 2% hingga 4%, tetapi pembuat kebijakan telah menyatakan preferensi untuk menentukan laju pengetatan moneter dengan melihat tingkat inflasi inti.
Gubernur Perry Warjiyo menegaskan bahwa pada hari Senin, menyoroti bahwa inflasi inti berada di bawah perkiraan BI 2,99%.
Meski headline rate sedikit di atas prediksi, pasokan pangan hingga akhir tahun diperkirakan akan meningkat dan inflasi pangan akan mereda, kata Warjiyo dalam konferensi pers.
"Kebijakan suku bunga BI didasarkan pada inflasi inti dan pertumbuhan ekonomi," katanya, dilansir LingkarKediri dari Reuters.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut tingkat inflasi Juli "relatif moderat" dibandingkan dengan rekan-rekan.
BI telah meluncurkan langkah-langkah untuk mengurangi kelebihan likuiditas di pasar keuangan, dalam upaya untuk mengendurkan beberapa stimulus pandemi.
Tetapi mempertahankan suku bunga acuan pada rekor terendah 3,50% sejak Februari 2021, menjadikannya salah satu bank sentral paling tidak hawkish di dunia.
Inflasi Indonesia relatif terkendali karena subsidi energi pemerintah yang besar.
Para ekonom, bagaimanapun, mengatakan kenaikan suku bunga sudah dekat.***