Lukashenko Ancam Demonstran Belarusia, Tikhanovskaya Dukung Protes Ke Rezim Otoriter

15 Agustus 2020, 14:27 WIB
Presiden Belarusia Lushenko/New Europe.eu /

Lingkar Kediri-Presiden Belarusia Alexander Lukashenko akan melakukan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa.

Puluhan ribu massa melakukan demosntran di Minsk pada jum’at malam. Dengan memegang bunga mereka menuntun Lukashenko mengundurkan diri sebagai Presiden.

Unjuk rasa yang berjalan tersebut diakhiri pada jam 9 malam dengan diakhiri teriakan "Kami akan kembali setiap hari"

Baca Juga: Bantai Barcelona, Munchen ke Semifinal

Selama dua hari terakhir, polisi anti huru hara tidak melibatkan pengunjuk rasa.

Namun, sebagai tanda bahwa lebih banyak kekerasan akan segera terjadi selama akhir pekan, Lukashenko yang marah muncul di televisi pada Jumat malam, memerintahkan warga Belarusia untuk tidak turun ke jalan.

Selama dua hari pemerintah setempat tidak melibatkan polisi anti huru-hara dalam mengamankan demonstran.

Namun, tanda adanya gerakan represif akan dilakukan oleh pemerintah. 

Baca Juga: Perpanjangan Embargo Senjata Terhadap Iran, DK PBB Taolak Tawaran AS

Melalui siaran di televisi Lushenko memerintahkan agar warga Belarusia tidak lagi turun ke jalanan.

"Anda digunakan, dan anak-anak kami digunakan, sebagai umpan," katanya.

Lushenko mengaitkan kejadian itu adalah bagian dari pasukan bayangan Polandia, Belanda, dan Ukraina yang telah tiba di Rusia, serta menyebut politisi anti-Kremlin Alexei Navalny.

“Agresi terhadap negara sudah dimulai,” tegasya.

Sebuah iring-iringan sedikitnya 20 truk dan bus militer yang diisi polisi anti huru-hara terlihat melaju kencang menuju tempat kejadian. Namun, tidak ada yang menurunkan pasukan.

Setelah kekerasan mengerikan dari polisi anti huru-hara awal pekan ini, tidak jelas apakah komandan akan mendukung tindakan keras baru, mengingat cara protes telah menyebar ke hampir semua pelosok masyarakat Belarusia selama dua hari terakhir.

Sebelumnya pada hari Jumat, kandidat oposisi Svetlana Tikhanovskaya, meninggalkan Belarusia menuju ke Lithuania.

Selang dua hari pada hari Minggu, merebaknya kembali sebuah video yang meminta para pendukung untuk melanjutkan protes mereka terhadap rezim otoriter Lukashenko.

Tikhanovskaya menentang Lukashenko sebagai kandidat oposisi bersatu setelah suaminya, seorang blogger populer dipenjara.

Dilansir dari The Guardian dalam pemilihan presiden Belarusia, secara resmi Tikhanovskaya menerima 10% suara dan Lukashenko 80%.

Hasil ini dinilai tidak masuk akal sehingga menyebabkan protes yang meluas di Minsk dan di seluruh Belarusia.

Baca Juga: Iklan Porno di Konten Pendidikan, Komisi X Angkat Bicara

Tikhanovskaya dalam video hari Jumat, dengan tenang mengklaim kemenangan dalam pemilihan dan menyerukan lebih banyak protes.

"Pihak berwenang mengubah demonstrasi damai di jalanan menjadi pertempuran berdarah," katanya.

Dirinya menekankan bahwa protes harus tetap damai.

Lebih lanjut, ia meminta walikota kota Belarusia untuk mengatur protes pada hari Sabtu dan Minggu.

katanya dalam video “Di mana suara dihitung dengan jujur, dukungan saya antara 60 dan 70%,” tersebut. Orang Belarusia tidak akan pernah ingin hidup lagi di bawah rezim sebelumnya.”

Intervensi Tikhanovskaya telah meningkatkan tekanan terhadap Lukhasenko yang memerintah selama 26 tahun.

Lebih dari 6.000 orang ditangkap selama empat malam protes setelah deklarasi kemenangannya.

Baca Juga: Catatan Update Penyebaran Pandemi Covid-19 Global pada 15 Agustus 2020

Beberapa orang mengatakan kepada Guardian bahwa mereka dipukuli dan dianiaya di penjara, dan semakin banyak tahanan yang dibebaskan, jelas terlihat bahwa penyiksaan meluas.

Pihak berwenang mengambil sejumlah langkah perdamaian pada hari-hari itu dalam upaya untuk meredam suasana protes, berjanji untuk membebaskan mereka yang ditahan dan menawarkan permintaan maaf kepada beberapa dari mereka yang terperangkap dalam kekerasan.

Setidaknya 2.000 tahanan dibebaskan pada hari Jumat.

Menteri Dalam Negeri, Yuri Karayev, meminta maaf kepada "para pengamat" atas kejadian itu, dia mengklaim bahwa mereka telah dimanipulasi oleh kekuatan bayangan di balik protes tersebut, dan dia bersikeras bahwa polisi tidak menggunakan kekuatan yang berlebihan.***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler