Mengejutkan! Puluhan Tahun Kedepan Peradaban Manusia Akan Punah, Penelitian Pakar Ungkap Karena Hal ini

- 28 Mei 2021, 19:01 WIB
Iustrasi - Krisis iklim
Iustrasi - Krisis iklim /Terri Sharp/pixabay

 

LINGKAR KEDIRI - Laporan mengejutkan datang dari Breakthrough National Centre for Climate Restoration.

Laporan tersebut memuat adanya fakta dan prediksi bahwa manusia puuhan tahun kedepan akan punah.

Hal ini dikarenakan adanya pemanasan global dan krisis iklim yang melanda bumi.

Lebih lanjut, laporan juga mengungkapkan bahwa peradaban manusia akan berakhir apabila tidak ada pencegahan.

Lembaga ini  melansir skenario di tahun 2050 dimana manusia tidak akan mampu hidup.

Baca Juga: Primbon Jawa Ungkap 13 Makna Letak Tanda Lahir, Pertanda Rezeki Hingga Situasi Buruk

menurut penelitian, para ilmuwan percaya bahwa masalah perubahan iklim akan sangat mempengaruhi Bumi dalam waktu dekat.

Terlebih saat ini krisis iklim lebih besar dan lebih kompleks daripada yang pernah dialami sebelumnya.

Untuk mencegahnya, umat manusia perlu bekerja sama untuk memulihkan kondisi Bumi.

Pasalnya, manusia hanya punya satu dekade untuk dapat melakukan gerakan global dalam menggunakan sistem emisi nol karbon.

Gagasan tersebut juga disetujui oleh Kepala Pertahanan Australia.

Menurutnya, perubahan iklim turut membahayakan keamanan nasional dan kesejahteraan manusia secara keseluruhan.

Meski begitu, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan terancamnya peradaban manusia, salah satunya adalah bencana nuklir yang terjadi beberapa waktu silam.

Baca Juga: Habib Rizieq Resmi Divonis Hukuman Penjara, Ali Syarief: Sekarang Tinggal Jokowi, Khofifah dan Atta Halilintar

Jika tidak segera ditangani bersama-sama, perubahan iklim juga akan menjadi mimpi buruk yang akan mengakhiri peradaban manusia pada tahun 2050 mendatang.

Menurut data dari World Wildlife Fund (WWF), diperkirakan bahwa saat ini terdapat 1,1 juta orang di dunia tidak memiliki akses yang memadai untuk air bersih.

Sedangkan 2,7 juta orang secara konstan mengalami kekeringan setidaknya sekali setiap tahun.

Kondisi tersebut akan semakin parah di tahun 2050.

Semakin banyak populasi dunia, semakin menipis pula persediaan air bersih.

Data yang dikumpulkan oleh peneliti MIT memprediksi bahwa di tahun 2050 setidaknya 5 juta orang akan kekurangan air. Sebab sepertiga air tanah akan hilang pada saat itu.

Berdasarkan hal itulah, para ilmuwan kemudian meneliti “skenario 2050” di mana manusia akan menghadapi kehancuran dalam tiga dekade. Berikut rinciannya.

2020-2030

Pemimpin dunia gagal bertindak sesuai dengan Perjanjian Paris.

Mereka tidak bisa menjaga Bumi dari kenaikan suhu. Sebuah studi menyatakan bahwa kadar karbondioksida telah mencapai 437 ppm–angka yang belum pernah telihat dalam 20 juta tahun terakhir.

Planet Bumi sendiri sudah menghangat sekitar 1.6°C (2.8°F).

Baca Juga: Waspada! Gerhana di Bulan Syawal Pertanda Datangnya Bencana, Penyakit Hingga Pejabat Bertengkar

2030-2050

Puncak emisi akan terjadi pada 2030 dan kemudian berkurang setelahnya.

Meski begitu, umpan balik siklus karbon dan penggunaan bahan bakar fosil yang berkelanjutan diperkirakan akan membuat suhu naik menjadi 3°C.

2050

Dikutip Lingkar Kediri dari artikel yang sebelumnya tayang di Kabar Besuki.com degan judul "Manusia Akan Punah Pada Tahun 2050 Akibat Krisis Iklim, Akan Terjadi Panas Mematikan di Tahun Tersebut" pada 2050, diperkirakan akan ada konsesus ilmiah terkait titik kritis lapisan es di Greenland dan Antartika Barat dengan pemanasan 2°C.

Pada tahap ini, dampak terhadap manusia sudah tidak bisa disangkal lagi.

Sebanyak 55% populasi global akan menjadi subjek dari panas mematikan selama 20 hari–manusia akan sulit bertahan dalam kondisi tersebut.

Amerika Utara akan mengalami cuaca ekstrem, kebakaran hutan, kekeringan dan gelombang panas.

Baca Juga: Habib Rizieq Resmi Divonis Hukuman Penjara, Ali Syarief: Sekarang Tinggal Jokowi, Khofifah dan Atta Halilintar

Tidak ada musim hujan di Tiongkok sehingga sungai-sungai besar di Asia hampir kering.

Sementara itu, curah hujan di Amerika Tengah turun hingga setengahnya.

Kondisi panas mematikan di seluruh Afrika Barat akan terjadi selama lebih dari 100 hari dalam setahun.

Penduduk di negara-negara miskin tidak bisa mendapat akses ke penyejuk udara (AC) untuk membantu mereka bertahan hidup dalam suhu panas.***(Dicky Septiawan/Kabar Besuki)

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: Kabar Besuki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah