LINGKAR KEDIRI - Konflik antara Rusia dan Ukraina terjadi tidak terlepas dari sejarah panjang antara Rusia dan Ukraina.
Dalam beberapa minggu terakhir, Kyiv selalu menjadi hot spot terkemuka di peta situasi militer di Ukraina. Dengan dua penjepit di barat laut dan timur, militer Rusia memberikan tekanan besar pada ibukota Ukraina.
Skenario jatuhnya Kyiv telah dipertimbangkan oleh otoritas Barat sejak pecahnya permusuhan.
Baca Juga: AS dan Negara-negara Eropa Akan Jatuhkan Lebih Banyak Sanksi kepada Rusia, Ada Apa?
Pada 24 Februari hari dimana Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan operasi militer khusus terhadap tetangga timurnya, tiga pejabat AS bahkan memperkirakan bahwa Kyiv bisa jatuh dalam beberapa hari.
Namun, skenario di atas tidak terjadi. Setelah sebulan permusuhan, Rusia mundur, meninggalkan pinggiran Kyiv yang hancur oleh bom.
Menurut analis, pasukan dari Kyiv dapat terus dikerahkan untuk berperang di Ukraina, tetapi ke arah prioritas baru Rusia yaitu Donbas.
Baca Juga: Hati-hati Jika Tak Punya Ini di Dalam Rumah, Ternyata Menjadi Penyebab Banyak Serangga Menghampiri
Dibandingkan dengan peta perang seminggu yang lalu, pasukan Rusia telah mundur dari wilayah yang luas di Ukraina Utara. Seluruh area di sekitar ibukota Kyiv telah kembali ke kendali Ukraina, sementara tekanan terhadap kota-kota besar lainnya seperti Chernihiv dan Sumy juga telah menurun secara signifikan.