Setelah Dihujani Kecaman, Rapat Umum di Prancis Disertai Teriakan Agar Umat Islam ‘Pulang’

- 3 November 2020, 06:15 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Presiden Prancis Emmanuel Macron. /ANTARA FOTO/REUTERS/POOL./

LINGKAR KEDIRI – Ketegangan terus terjadi dan meluas antara Prancis dan sejumlah negara Muslim, terkait karikatur Nabi Muhammad.

Hingga menyebabkan umat Islam mendesak untuk melakukan boikot terhadap semua produk Prancis.

Hal tersebut adalah buntut karena Presiden Prancis, Emmanuel Macron membela hak untuk menggunakan karikatur Nabi Muhammad, dalam konteks kebebasan berekspresi.

Baca Juga: Majalah Charlie Hebdo Asal Prancis Sering Kontroversial, Berikut Rekam Jejaknya

Tidak hanya desakan dari luar Prancis, serangkaian serangan juga terjadi di Prancis, seperti penyerangan terhadap Samuel Paty guru yang memunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelas.

Setelah itu, juga terjadi penyerangan di Gereja Nice, Prancis yang menewaskan tiga orang.

Sebagaimana dikutip dari LINGKAR MADIUN dalam artikel berjudul “Setelah Serangan Bertubi-tubi di Prancis, Partai Sayap Kanan Serukan Usir Imigran”, partai sayap kanan menyerukan pengusiran dan moratorium imigrasi dari negara-negara tertentu yang mengadakan protes anti-Prancis.

Baca Juga: Khabib Nurmagomedov Tunjukan Kecaman Keras Terhadap Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron

Presiden Partai Barisan Nasional Prancis, Marine Le Pen menyebut serangan itu sebagai "tindakan perang" yang membutuhkan respons seperti perang.

Pada rapat umum di Nice pada Kamis malam, para pendukungnya meneriakkan agar umat Islam “pulang”.

Tak hanya itu, di rue Alsace Lorraine dekat basilika, pengunjuk rasa pendukung sayap kanan menggedor jendela sebuah restoran Afrika utara.

Baca Juga: Emmanuel Macron Kembali Berkomentar Pembelaan: Terorisme Dilakukan Atas Nama Islam

Akhir pekan ini, penduduk setempat yang berduka atas serangan itu meletakkan bunga di luar basilika Notre Dame de l’Assomption.

Di tengah kerumunan, seorang wanita menangis sambil meratap: "Mengapa kita? Kenapa kita lagi?”

Suasana tersebut adalah suasana sentimen yang menggema hampir di seluruh wilayah Prancis.

Baca Juga: Trump Akan Gugat Pelaksanaan Pemilu di Beberapa Negara Bagian, Kenapa? Simak Penjelasannya

Pembunuhan di gereja wilayah Nice menjadi pukulan keras terhadap negara yang sudah terhuyung-huyung akibat pemenggalan seorang guru sejarah di luar sekolah menengah dekat Paris kurang dari dua minggu sebelumnya.

Samuel Paty, 47, telah menunjukkan dua karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya sebagai bagian dari diskusi tentang kebebasan berbicara.

Pencetakan ulang kartun oleh majalah Charlie Hebdo, telah memprovokasi gelombang protes anti-Prancis di negara-negara Islam seluruh dunia, dan Prancis sangat waspada.

Baca Juga: Susul Aksi Teror di Prancis: Quebec Kanada Diserang Dimalam Helloween, Polisi Tangkap Tersangka

Sejak itu pemerintah mulai mengusir bebera orang dan membubarkan organisasi yang dituduhnya mendukung "Islami garas"  dalam bahasa Prancis dipahami sebagai "fundamentalisme Islam".

Sementara, serangan teroris di gereja wilayah Nice datang seakan sebagai pukulan mengejutkan bagi Prancis.

Setelah itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mencoba menenangkan protes anti-Prancis dalam wawancara 55 menit dengan Al Jazeera pada hari Sabtu.

Baca Juga: Prancis Semakin Tidak Kondusif, Presiden Macron Berikan Pernyataan Terkait Kartun Nabi Muhammad

Macron mengatakan bahwa ia memahami Islam, terkait dengan karikatur Nabi Muhammad tersebut.

"Saya memahami perasaan umat Islam tentang karikatur. Tapi karikatur itu bukanlah proyek pemerintah, melainkan produk dari surat kabar independen dan bebas yang tidak berafiliasi dengan pemerintah.” Kata Macron.

"Saya pikir reaksinya adalah karena kebohongan dan representasi yang keliru dan karena orang berpikir saya mendukung karikatur ini," tambahnya.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Lingkar Madiun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah