Hati-Hati Dengan Hewan Ini! Membawa Ancaman Pandemi Baru Melebihi COVID-19, Begini Penjelasan Ahli

- 28 Januari 2021, 10:24 WIB
Hati-Hati Dengan Hewan Ini! Membawa Ancaman Pandemi Baru, Begini Penjelasan Ahli
Hati-Hati Dengan Hewan Ini! Membawa Ancaman Pandemi Baru, Begini Penjelasan Ahli /Fusion Medical Animation/unsplash.com/@fusion_medical_animation

LINGKAR KEDIRI – Beberapa jenis hewan menjadi inang alami virus-virus yang bersifat merugikan ataupun tidak.

Belakangan muncul kekhawatiran baru mengenai mewabahnya virus Nipah di China yang disinyalir berasal dari inang alaminya yaitu kelelawar buah.

Sebuah organisasi kesehatan nirlaba yang berbasis di Belanda, Acces to Medicine Foundation menyoroti wabah virus Nipah tersebut.

Baca Juga: Andin Batal Pulang, Mama Rosa Curigai Andin Pembunuh Roy, Sinopsis Ikatan Cinta 28 Januari 2021

Melalui direktur eksekutifnya, Jayasree K. Iyer mengatakan bahwa wabah virus Nipah di China mempunyai tingkat kematian hingga 75 persen dan berpotensi menjadi pandemi baru.

“Virus Nipah adalah penyakit menular lain yang muncul dan menimbulkan kekhawatiran besar," kata dia seperti dilansir Lingkar Kediri dari ANTARA pada 27 Januari 2021.

Dia menjelaskan bahwa pandemi virus Nipah bisa meledak kapan saja dan menjadi pandemi baru.

Baca Juga: Berpotensi Jadi Pandemi Baru, Waspadai Beberapa Penyakit Menular ini, Salah Satunya Virus Marburg

“Virus Nipah bisa meledak kapan saja. Pandemi berikutnya bisa jadi infeksi yang resistan terhadap obat,” katanya.

Saat ini kelelawar buah dituding sebagai inang alami bagi virus Nipah yang memiliki angka kematian 40 hingga 75 persen melebihi virus COVID-19.

Negara yang pernah mengalami wabah virus Nipah adalah Bangladesh dan India. Wabah virus Nipah di kedua negara tersebut disinyalir menyebar melalui konsumsi jus kurma yang telah tekontaminasi.

Baca Juga: Lebih Mematikan! Ancaman Pandemi Baru Setelah Covid-19, Virus ini Capai Kematian hingga 75 Persen Kasus

Kelelawar buah yang telah terinfeksi virus Nipah terbang menuju pohon kurma untuk mencari makan dan kemungkinan buang air sehingga mengontaminasi penampung jus kurma.

Penduduk yang tidak mengetahui jus kurma telah terkontaminasi meminum jus kurma dan terinfeksi virus Nipah.

Virus nipah diketahui mempunyai masa inkubasi mencapai 45 hari dalam satu kasus, sehingga memberikan kesempatan menular yang lebih besar jika dibandingkan virus COVID-19.

Baca Juga: 3 vaksin ini Dikembangkan untuk Melawan HIV, influenza, dan Virus Nipah, Begini Penjelasanya

Gejala umum yang disebabkan oleh virus Nipah adalah gejala pernapasan seperti batuk, sakit tenggorokan, kelelahan, dan pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang hingga kematian.

Veasna Duong, kepala unit virologi di laboratorium penelitian ilmiah Institut Pasteur Phnom Penh, Kamboja, menyebutkan bahwa kelelawar buah dapat terbang sejauh 100 km setiap malam untuk mencari makan.

Duong juga menemukan fakta bahwa penduduk Kamboja dan Thailand banyak yeng memperjual-belikan kotoran kelelawar buah sebagai pupuk tanaman.

Baca Juga: Virus ini Diprediksi Calon Pandemi Baru setelah Covid-19, Kenali Tanda dan Gejala

Hal ini disebut Duong sebagai situasi yang berisiko tinggi untuk penularan dan penyebaran virus Nipah.

Duong mengatakan bahwa lebih dari enam puluh persen orang yang dia wawancarai tidak tahu bahwa kelelawar menularkan penyakit.

Kerusakan habitat asli kelelawar buah disinyalir menjadi sebab penyebaran infeksi virus Nipah, seperti yang terjadi di Malaysia pada tahun 1998 yang menewaskan lebih dari 100 orang.

Baca Juga: 4 Organisasi Islam Ekstra Kampus Terbesar di Indonesia, Cocok Bagi Mahasiswa Belajar Kepemimpinan

Direktur laboratorium One Helath Institute, Tracey Golstein mengatakan, membasmi kelelawar buah hanya akan memperburuk keadaan.

Goldstein menjelaskan bahwa, kelelawar buah menyerbuki lebih dari 500 spesies tanaman dan juga membantu mengendalikan penyakit akibat serangga seperti malaria.

Oleh karena itu membasmi kelelawar buah hanya akan meningkatkan risiko penularan virus karena semakin banyak yang terinfeksi.***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah