Parah! Utang Garuda Indonesia Jadi 70 Triliun Sejak Yenny Wahid Menjabat Komisaris, Irfan: Berhenti Mendadak

7 Juni 2021, 07:20 WIB
Garuda Indonesia Sekarat, Peter Gontha ungkap aktivitas komisaris hanya kerja 5-6 per Minggu gajinya selangit /Instagram.com/@garudaindonesia

 

LINGKAR KEDIRI – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) adalah salah satu industri penerbangan yang terkena dampak pandemi Covid-19 saat ini utangnya dilaporkan mencapai Rp70 triliun.

Maskapai penerbangan pelat merah Indonesia ini kondisi keuangannya sangat tidak sehat. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengungkapkan utang Garuda Indonesia mencapai Rp70 triliun atau setara dengan 4,9 Miliar US Dollar.

Nilai utang tersebut akan bertambah setiap bulannya sekitar Rp1 triliun lantaran menunda pembayaran kepada pemasok, hingga perusahaan memiliki arus kas negatif dan utang minus Rp41 triliun.

Baca Juga: Gara-gara Gelar Diskusi Pelemahan KPK, Gerakan Rakyat di Pontianak Diteror

"Bisa mengakibatkan perusahaan dihentikan secara tiba-tiba," kata Irfan seperti dilansir Bloomberg pada 23 Mei 2021.

Selaku Komisaris Independen Garuda Indonesia, Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid berstatement mengenai besaran utang Garuda Indonesia dalam akun Twitternya.

Yenny Wajid menyebutkan bahwa sejak menjabat komisaris utangnya sudah lebih dari 20 triliun. Jadi jika Yenny menjabat dari Januari 2020, dalam setahun, utang Garuda Indonesia bertambah 50 triliun.

Baca Juga: Disidak Ganjar Pranowo, Andre Taulany: Saya Kaget Tiba-tiba Ditelepon Orang Nomor Satu di Jawa Tengah

"Doakan ya. Waktu saya masuk, hutang Garuda sudah lebih dari 20 T, lalu kena pandemi, setiap terbang pasti rugi besar. Demi penumpang, kami terapkan social distancing meskipun biaya kami jd 2xlipat dengan revenue turun 90%.  Sdh jatuh tertimpa tangga," tulis Yenny Wahid pada 29 Mei 2021.

Yenny mengatakan yang utama dari besaran utang itu adalah debt restructuring dan cost restructuring.

"Yang paling utama adalah debt restructuring & cost restructuring. Didalamnya termasuk renegosiasi leasing contract. Kita juga sedang fight utk kembalikan pesawat yang tdk terpakai mengingat di masa pandemi utilisasi menurun drastis," tulis Yenny Wahid.

Baca Juga: Azka Corbuzier Tak Setuju Ibunya Menikah dengan Vicky Prasetyo, Kalina Ocktaranny: Aku Tak Memaksa Azka

Bahkan, jika terbang dengan Garuda Indonesia, Yenny Wahid selaku komisaris juga membayar tiket.

"Kalau skrg, komisaris pun harus bayar. Sy bolak balik naik Garuda dan selalu membayar.  Jadi kalau ada yg minta tiket gratis ke saya, terpaksa tidak bisa saya kabulkan," tambah Yenny Wahid.

Yenny Wahid mengatakan saat ini layanan kargo Garuda yang lebih ditingkatkan lagi dan hasilnya pendapatan meningkat melebihi target, meski belum mampu menutupi semua kerugian Garuda.

Baca Juga: Ayu Ting Ting Menangis di Pelukan Ivan Gunawan Saat Membahas Hujatan Para Haters, Simak Selengkapnya

Sedangakan, Erick Thohir selaku Menteri BUMN mengatakan bahwa Garuda Indonesia akan fokus pada penerbangan domestik dengan melayani perjalanan masyarakat antarpulau di Tanah Air.

"Indonesia ini negara kepulauan, jadi tidak mungkin orang Indonesia menuju pulau lain pakai kereta, pilihannya ada dua yaitu kapal laut atau penerbangan. Garuda dan Citilink akan fokus kepada pasar domestik, bukan pasar internasional," tutur Menteri Erick Thohit dikutip dari Antara pada 2 Juni 2021.

Perubahan penerbangan Garuda Indonesia ke pasar domestik telah dibahas pada November 2019 hingga Januari 2020, sebelum adanya pandemi.

Baca Juga: Inilah Cara Menambah Kualitas ASI agar Bayi Tetap Sehat

"Sebelum Covid sebanyak 78 persen turis adalah turis lokal sebanyak Rp1.400 triliun, turis asing hanya 22 persen Rp300 triliun," ucap Erick Thohir.

Aksi tersebut dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan Garuda Indonesia dari masalah finansial akibat kerugian yang dialami perusahaan.***

Editor: Erik Okta Nurdiansyah

Sumber: Twiter

Tags

Terkini

Terpopuler