Lirik Biodiesel B40, Pemerintah Indonesia Yakin Serap Ekstra 2,5 Juta Ton Minyak Sawit untuk Pasar Domestik

7 Juli 2022, 19:25 WIB
Ilustrasi sawit. /ANTARA FOTO/ Budi Candra Setya

LINGKAR KEDIRI - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan memperkirakan pada Kamis hari ini.

Bahwa tambahan 2,5 juta ton minyak sawit dapat diserap oleh pasar domestik jika negara menaikkan jumlah minyak sawit dalam campuran biodieselnya menjadi 40% (B40).

Pembuat minyak sawit terbesar di dunia saat ini memiliki 30% campuran wajib bahan bakar berbasis minyak sawit dalam biodiesel.

 Baca Juga: TERKINI KASUS SUBANG, Menjelang Penetapan Tersangka, Yosef: Ada Saksi yang Ingin Menjadikan Saya Pelaku

Tetapi sedang mempertimbangkan apakah akan meningkatkan campuran untuk membantu mengurangi persediaan minyak nabati.

Luhut menambahkan bahwa negara juga dapat mengekspor sebagian biodiesel.

Di sisi lain, harga minyak sawit Asia merosot dalam beberapa pekan terakhir di tengah dimulainya kembali pengiriman Indonesia.

 Baca Juga: Ikatan Cinta Hari Ini 7 Juli 2022: Papa Surya Mulai Percaya Sosok Ini untuk Lindungi Andin dari Kejahatan Elsa

Produksi yang lebih tinggi dan ketakutan akan resesi. Harga minyak sawit acuan Malaysia telah turun 18% sepanjang bulan ini.

Pemerintah juga ingin "menghabiskan" pasokan minyak sawit untuk membuka ruang bagi perusahaan untuk membeli lebih banyak buah kelapa sawit dari petani pada saat puncak musim panen di Indonesia.

"Ada 'flush out', tapi hasilnya belum seperti yang kita harapkan," kata Luhut, dilansir LingkarKediri dari laman Reuters.

 Baca Juga: Sinetron Ikatan Cinta 7 Juli 2022, Andin Tak Bisa Jawab, Saat Reyna Tanyakan Hal Ini

Sahat Sinaga, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia, mengatakan stok minyak sawit domestik melonjak menjadi 6,2 juta ton menyusul larangan tersebut.

Perubahan konstan dalam kebijakan ekspor Indonesia telah membuat pembeli waspada dan eksportir menghadapi kesulitan mengamankan kapal.

 Baca Juga: Media Pikiran Rakyat Kembali Sabet Penghargaan Media Brands Award dari SPS

Anjloknya harga internasional ditambah pajak ekspor yang tinggi juga memberi alasan bagi perusahaan untuk menghentikan ekspor, katanya, menyerukan pengurangan.

"Saya akan menyarankan diskon 25% untuk pajak dan retribusi," katanya, seraya menambahkan bahwa dengan kuota ekspor saat ini, ekspor mungkin tidak akan normal hingga akhir Agustus.***

Editor: Yulian Fahmi

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler