Tingkat Inflasi Dikabarkan Naik, Bank Sentral Indonesia Sebut Kenaikan Suku Bunga Bukan Pilihan Pertama

14 Agustus 2022, 13:55 WIB
Logo Bank Indonesia /Pikiran Rakyat

LINGKAR KEDIRI – Kenaikan suku bunga tidak akan menjadi pilihan pertama Bank Indonesia pada saat ini, kata wakil gubernur bank sentral kepada Reuters Global Markets Forum pada hari Jumat.

Hal ini bahkan ketika tingkat inflasi utama negara Indonesia dikabarkan naik tinggi setelah 7 tahun terakhir.

"Kami memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga kebijakan ... Tapi pada saat ini, saya pikir kami tidak akan menempatkan ini sebagai pilihan pertama dalam urutan kebijakan kami," kata Dody Budi Waluyo dalam sebuah wawancara, dilansir LingkarKediri dari Reuters.

 Baca Juga: Ikatan Cinta Hari Ini 14 Agustus 2022, Berhasil Menangkap Ricky, Andin Justru Mengancam Elsa, Ada Apa?

Tingkat inflasi utama Indonesia naik menjadi 4,94% pada bulan Juli, di atas kisaran target Bank Indonesia (BI) 2% hingga 4%, tetapi tingkat inflasi inti tetap berada dalam target di 2,86%.

Seruan untuk kenaikan suku bunga juga meningkat setelah data awal bulan ini menunjukkan ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu tumbuh 5,44% secara tahunan pada kuartal kedua, lebih dari yang diharapkan.

BI akan mengadakan tinjauan kebijakan bulanan pada 22 dan 23 Agustus.

 Baca Juga: KASUS SUBANG, Nama Tersangka Akan Dirilis, Polda Jabar Berhasil Menangkap Diduga Pelaku Pembunuh Tuti dan Amel

Waluyo mengatakan BI akan bekerja sama dengan pemerintah untuk mengatasi masalah pasokan yang telah menekan harga konsumen.

"Kami tidak akan membiarkan inflasi utama naik,” Waluyo menambahkan.

Dia juga mengulangi bahwa BI hanya akan menaikkan suku bunga jika inflasi inti terus meningkat.

 Baca Juga: KASUS SUBANG, Pria Berinisial SIS Diduga Terlibat Pembunuh Tuti dan Amel Berhasil Diamankan Polda Jabar

BI adalah salah satu dari sedikit bank sentral Asia yang belum menaikkan suku bunga acuannya dari rekor terendah 3,50%, karena pendapatan dari ekspor komoditas telah menopang ketahanan ekonomi Indonesia.

Indonesia berada di tempat yang lebih baik untuk menavigasi volatilitas pasar keuangan saat ini di tengah pengetatan moneter global dan meningkatnya ketegangan geopolitik, kata Waluyo.

 Baca Juga: KASUS SUBANG, Polda Jabar Akhirnya Bongkar Tentang Sosok Pria ‘SIS’ Diduga Pelaku Pembunuh Tuti dan Amel

Dia membela langkah-langkah normalisasi kebijakan BI, dengan mengatakan itu tidak ketinggalan karena telah bergerak untuk memperketat likuiditas di pasar keuangan.

Ia menambahkan, sebagai tuan rumah negara-negara ekonomi utama Kelompok 20, Indonesia berharap ketegangan di Selat Taiwan tidak menggagalkan diskusi dan upaya percepatan pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19.***

Editor: Yulian Fahmi

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler