LINGKAR KEDIRI – Didorong oleh perkembangan di Ukraina setelah Presiden Putin mengakui wilayah yang memisahkan diri, serta pengerahan pasukannya.
Di sisi lain, hal tersebut juga membuat perdagangan berombak, Dolar AS dikabarkan sedikit melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya.
Namun, Kremlin mengatakan pihaknya tetap terbuka untuk diplomasi dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain ketika menghadapi tindakan dari banyak negara.
Sementara itu, Inggris menerbitkan daftar sanksi dan Jerman membekukan proyek pipa gas Laut Baltik Nord Stream 2, yang akan secara signifikan meningkatkan aliran gas Rusia.
Dilansir LingkarKediri dari laman Antara, karena Presiden AS Joe Biden mengumumkan gelombang pertama sanksi terhadap Rusia sambil mengatakan dia berharap diplomasi masih tersedia, Dolar AS malah melemah.
"Putin menjalankan pertunjukan di sini, tetapi pasar tidak merespons seolah-olah mereka benar-benar takut bahwa apa yang terjadi adalah eskalasi yang tidak dapat ditebus yang akan berakhir dengan jenis sanksi yang menghancurkan ekonomi, atau setidaknya akan menghancurkan pemulihan global," kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com di New York.
"Pertandingan masih di udara, dan pasar mengetahuinya; mereka tidak melihatnya sebagai perubahan besar dalam situas,” tambahnya.
Di lain sisi, Euro naik versus greenback setelah sebelumnya menyentuh level terendah sejak 14 Februari.
Sebagian didukung oleh harapan untuk pembicaraan dan data ekonomi yang menunjukkan semangat bisnis di Jerman meningkat pada Februari di semua sektor ke level tertinggi sejak Agustus.
Indeks dolar yang mengukur unit AS terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,1 persen, dengan euro menguat 0,2 persen menjadi 1,1333 dolar.
Greenback berayun antara kenaikan sebanyak 0,1 persen dan penurunan 0,35 persen hari ini.
Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***