Teknologi Baru Google dan Amazon Bisa Mengancam Keselamatan Penduduk Palestina

13 Oktober 2021, 11:19 WIB
Ilustrasi Ancaman baru bagi rakyat Palestina /REUTERS

LINGKAR KEDIRI – Perusahaan besar Google dan Amazon saat ini dinilai secara agresif mengejar kontrak dengan lembaga-lembaga seperti Departemen Pertahanan AS, Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai (Ice), dan departemen kepolisian negara bagian dan lokal.

Hal itu diketahui dari sejumlah karyawan Google dan Amazon mendesak dua perusahaan tersebut untuk keluar dari Proyek Nimbus dan memutuskan hubungan dengan militer Israel.

Diketahui, saat ini sudah lebih dari 90 karyawan Google dan lebih dari 300 pekerja di Amazon telah menandatangani surat pernyataan tidak setuju atas proyek itu secara internal.

Baca Juga: 6 Negara Aneh dan Unik yang Ada di Dunia, Jarang Dibahas Keberadaannya Bahkan Tidak Diakui

Karyawan Google dan Amazon ini menamai diri sebagai anonim karena takut akan adanya “pembalasan” atas surat tersebu

Kontrak-kontrak ini sendiri merupakan bagian dari pola militerisasi yang mengganggu, kurang transparansi, dan kuranganya pengawasan.

Dikutip dari The Guardian, bos Google dan Amazon disebut telah menandatangani kontrak yang disebut Proyek Nimbus untuk menjual teknologi berbahaya kepada militer Israel.

Kontrak itu ditandatangani setelah tak berselang lama ketika militer Israel menyerang warga Palestina di Jalur Gaza.

Dan serangan itupun berhasil menewaskan hampir 250 orang, termasuk lebih dari 60 anak-anak.

Teknologi yang dibangun oleh perusahaan Google dan Amazon dianggap akan memicu diskriminasi dan pemindahan sistematis.

Baca Juga: 7 Negara Pemberi Pinjaman Hutang Terbanyak Kepada Indonesia, Urutan Pertama Bukan dari China

Bahkan, diprediksi militer dan pemerintah Israel akan menjadi lebih kejam terhadap penduduk Palestina.

Seperti diketahui, Proyek Nimbus adalah kontrak senilai 1,2 miliar dolar atau sekitar Rp17 miliar untuk menyediakan layanan cloud bagi militer dan pemerintah Israel.

Teknologi ini memungkinkan pengawasan lebih lanjut dan pengumpulan data yang tidak sah tentang penduduk Palestina.

Bahkan, teknologi ini memfasilitasi perluasan permukiman ilegal Israel di Palestina.

Surat tersebut juga menyatakan bahwa “serikat” pekerja Google dan Amazon memiliki tujuan lain.

Sebab produk itu dibuat untuk menyangkal hak-hak dasar, memaksa keluar dari tempat tinggal, dan menargetkan penduduk Palestina di Jalur Gaza.

Baca Juga: Menjadi Pedagang Adalah Cara Kelima Weton Ini Kebanjiran Rejeki, Apa Weton Termasuk?

“Untuk membangun masa depan yang lebih cerah, perusahaan tempat kita bekerja harus berhenti membuat kontrak dengan semua organisasi militer di AS dan sekitarnya.

Kontrak ini merugikan komunitas pekerja teknologi dan pengguna, walaupun kami secara terbuka berjanji untuk meningkatkan dan membantu pengguna kami, kontrak seperti ini secara diam-diam memfasilitasi pengawasan dan penargetan pengguna yang sama.

Kami mengutuk keputusan Amazon dan Google untuk menandatangani kontrak Project Nimbus dengan militer dan pemerintah Israel. Dan meminta mereka untuk menolak kontrak ini dan kontrak masa depan yang akan merugikan pengguna kami.

Kami menyerukan pekerja teknologi global dan komunitas internasional untuk bergabung dengan kami dalam membangun dunia di mana teknologi mempromosikan keselamatan dan martabat untuk semua.” Itulah salah satu pernyataan “serikat” pekerja Google dan Amazon.***

 

 

 

Editor: Haniv Avivu

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler