Emmanuel Macron Dikecam Banyak Negara Atas Penghinaan Nabi Muhammad SAW, Pakar: Ujaran Islamofobia

30 Oktober 2020, 15:23 WIB
Para pengunjuk rasa berbaris di belakang spanduk bertuliskan "Berhenti untuk 'Islamofobia", ketika orang-orang dan anggota asosiasi anti-rasisme berkumpul untuk memprotes Islamofobia di Gare du Nord di Paris, Prancis, pada 10 November 2019 silam. /EPA-EFE

LINGKAR KEDIRI - Kecaman terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron kian memanas. Ketegangan semakin meningkat setelah pembunuhan seorang guru bernama Samuel Party yang tengah menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW dan menghujat di kelas.

Dengan pernyataan pembelaan dari Macron terhadap kartun tersebut, menyebabkan kemarahan seluruh muslim di dunia.

Selain kecaman dari negara Turki, Iran dan Pakistan, terdapat seruan balik untuk memboikot produk-produk Prancis oleh Turki, yang dinyatakan oleh Presidennya, Recep Tayyip Erdogan.

Baca Juga: Berapa Lama Setiap Zodiak Membutuhkan Waktu Untuk Jatuh Cinta? Cek Zodiakmu dan Pasangan!

Baca Juga: Lolos Hasil Integrasi CPNS 2019? Siapkan Berkas Berikut untuk Sesi Pemberkasan dan Pengusulan NIP

“Saat ini saya sedang menyerukan rakyat saya, setelah apa yang mereka katakan di Prancis, jangan membeli produk-produk merk Turki. Maka saya Menyerukan kepada rakyat saya disini dan sekarang untuk tidak memberikan perhatian terhadap berbagai produk asal prancis dan jangan membelinya,” ucap Erdogan.

Melansir dari laman RRI, pemboikotan terhadap barang Prancis dengan menggantungkan tanda yang menyatakan bahwa mereka tidak menjual barang barang Perancis tersebut terjadi di Yordania dan Qatar.

Direktur Studi Eropa dari SETA, Enes Bayrakli berpendapat bahwa ujaran Macron terkait Islam dan pembelaan terhadap Samuel Paty yang menghina Nabi Muhammad SAW dapat disebut sebagai bentuk Islamofobia.

Baca Juga: 20 Ribu Formasi CPNS 2019 Terancam Kosong! Dapat Diisi Peserta Lain dengan Kriteria Berikut

“Jika dahulu perbuatan demikian merupakan diskriminasi umat muslim seperti larangan menggunakan hijab. Islamofobia itu bukan tentang muslim melainkan ideologi rasisme, ideologi anti muslim,” ucap Bayrakli dalam wawancara bersama TRT Word.

Disisi lain, Bayrakli menilai ujaran pernyataan Macron tersebut merupakan upaya mendapatkan suara pilihan dari ‘sayap kanan’ dibawah tekanan partai radikal Marine Le yang sekarang bersaing dengan Le Pen.

Ia ingin terkesan lebih ‘sayap kanan’ daripada Le Pen. Pemimpin partai populis kanan, Marine Le Pen disebut diprediksi akan kembali bersaing dalam pemilu Presiden 2022.

Baca Juga: Cukup Pakai KTP, Pastikan Dapat Banpres BLT UMKM atau BPUM Rp2,4 Juta, Simak Cara Daftar dan Ceknya

Hingga pada Kamis, 29 Oktober 2020 kemarin telah terjadi penyerangan serangan pisau di Gereja Nice Prancis yang mengakibatkan tiga orang tewas.

Seseorang lanjut usia yang hampir saja dipenggal, serta seorang pria dan wanita yang tewas.

Jaksa anti-teror telah membuka penyelidikan atas serangan di Nice. Polisi belum menyebutkan motif penyerangan di Nice.

Baca Juga: Link s.id/ektp-covid19 Bantuan Rp900 Ribu 3 Bulan Untuk Pemilik SIM C, Benarkah? Ini Respon Kominfo

Diduga, serangan tersebut dipicu oleh pernyataan Presiden Macron atas penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW.

Kejadian tersebut telah meningkatkan kewaspadaan keamanan nasional Prancis ke level yang lebih tinggi.

Pemberlakuan status darurat tersebut diumumkan oleh Perdana Menteri Prancis Jean Castex.

Baca Juga: 18 Provinsi di Indonesia Sepakat Tidak Menaikkan Upah Minimum di Tahun 2021, Simak Selengkapnya

“Jika kita diserang sekali lagi, itu karena nilai nilai yang menjadi milik kita, kebebasan untuk memungkinkan di tanah kita ini untuk percaya secara bebas dan tidak menyerah pada semangat teror apapun,” ujar Macron.

Seorang pelaku terus berseru mengucap “Allahu akbar” meskipun ia tengah ditangkap oleh kepolisian.

Beberapa wartawan melaporkan jika polisi bersenjata lengkap dengan pistol otomatis, sejumlah ambulans dan pemadam kebakaran berjaga di sekitar gereja.***

Editor: Mualifu Rosyidin Al Farisi

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler