“Kami mencoba untuk menyusun hal-hal... dengan cara mengurangi kemampuan Hamas, memperkuat warga Gaza, memulai proses untuk memperkenalkan dan menyatukan kembali otoritas Palestina ke Gaza dan bermitra dengan PBB, dengan penuh harapan,” tuturnya.
Niat AS terkait Hamas pun dikritik oleh para pakar, karena dinilai akan menghambat upaya bantuan kemanusiaan tanpa mencapai tujuannya yang telah dinyatakan untuk melemahkan gerakan kemerdekaan di Palestina.
Direktur eksekutif pusat Arab Washington DC, Khalil Jahshan mengatakan jika bantuan kemanusiaan tersebut ditujukan kepada Hamas, justru akan ‘memperkeruh’ niat baik apa pun untuk membantu warga Palestina.
“Pada dasarnya, ini adalah pendekatan yang tidak bijaksana, yang akan berakhir meniadakan tujuan. Jika tujuan kita adalah benar-benar untuk perdamaian Israel-Palestina, kita tidak dapat mendikte kepemimpinan Palestina,” katanya.
Khalil Jahshan menambahkan bahwa setiap negara berhak menentukan siapa pemimpinnya, menyusun agendanya, dan memilih kelompok yang mewakili negara untuk berbicara di publik internasional.
“Tetapi, sama seperti kita membiarkan Israel memilih pemimpin mereka, benar atau salah--sebagian besar salah--kita tidak berada dalam posisi untuk menentukan apakah itu Hamas atau bukan,” ujarnya.
Dikutip Lingkar Kediri dari artikel yang sebelumnya tayang di Pikiran Rakyat.com dengan judul "AS Blak-blakan Akui ‘Manfaatkan’ Gaza untuk Lemahkan Hamas Palestina", Kementerian Luar Negeri AS mengumumkan pemberian bantuan kepada warga Palestina mencapai 360 juta dolar AS (Rp5,1 triliun).
Bantuan kepada Palestina tersebut begitu kecil jika dibandingkan dengan bantuan militer tahunan AS kepada Israel, yakni sebesar 3,8 miliar dolar AS (Rp54,2 triliun).***(Eka Alisa Putri/Pikiran Rakyat)