PBB Peringatkan Kematian Massal Akan Terjadi di Myanmar, 100.000 Warga Mengungsi

- 9 Juni 2021, 21:27 WIB
Tak Cuma Menembak, Militer Myanmar Curi Makanan Hingga Hancurkan Rumah Warga dengan Sadis
Tak Cuma Menembak, Militer Myanmar Curi Makanan Hingga Hancurkan Rumah Warga dengan Sadis /AFP/

LINGKAR KEDIRI – Myanmar sampai saat ini masih dilanda krisis politik pasca kudeta yang dilakukan oleh militer pada Februari lalu.

Pihak militer pimpinan Min Aung Hlaing mengambil alih kekuasaan politik secara paksa setelah menuduh pemerintah yang sah telah melakukan kecurangan dalam pelaksanaan pemilu yang menunjukkan pihak militer kalah telak.

Kudeta militer tersebut mendapatkan protes keras dari seluruh lapisan masyarakat Myanmar yang langsung merespons dengan melakukan demonstrasi di seluruh wilayah Myanmar.

Baca Juga: Hadiri ASEAN Leaders’ Meeting, Presiden Jokowi Tegaskan Kekerasan di Myanmar Harus Dihentikan

Aksi-aksi demonstrasi rakyat Myanmar tersebut ternyata mendapat tindakan keras dari junta militer dengan melakukan penangkapan dan penembakkan terhadap demonstran.

Tercatat sedikitnya 849 orang meninggal dan 5.800 warga lainnya ditahan akibat tindakan represif junta militer yang disinyalir untuk membungkam rakyat yang tidak setuju dengan pemerintah junta militer.

Kudeta militer yang saat ini telah memasuki bulan kelima, ternyata tidak membuat suasana dalam negeri Myanmar semakin membaik.

Pasalnya, beberapa kelompok masyarakat serta kelompok etnis bersenjata semakin gencar melakukan perlawanan sehingga mengakibatkan bentrok dengan pasukan junta militer di beberapa wilayah.

Baca Juga: Presiden Jokowi Bahas Isu Kesehatan Hingga Perkembangan Kondisi Myanmar Saat Bertemu PM Vietnam

Seperti yang terjadi di Negara Bagian Kayah yang menjadi medan perlawanan kelompok sipil bersenjata yang menyebut dirinya sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat Karenni.

Masyarakat yang tinggal di daerah Kayah mengatakan bahwa pihak militer telah meluncurkan serangan udara tanpa pandang bulu serta melakukan penembakkan di daerah-daerah sipil.

Hal tersebut menyusul pertempuran yang pecah pada tanggal 21 Mei lalu antara pasukan keamanan melawan pasukan pertahanan rakyat Karenni.

Serangan pihak militer Myanmar tersebut diketahui telah menewaskan beberapa warga sipil serta merusak beberapa fasilitas umum yang tidak seharusnya menjadi target serangan.

Baca Juga: Militer Myanmar Harus Mengerahkan Delapan Truk Tentara Untuk Menangkap Orang Ini, Siapakah Dia?

Seorang anak laki-laki berumur 14 tahun dilaporkan ditembak mati oleh militer di Kota Loikaw serta seorang lelaki ditemukan tewas dengan tangan terikat dan luka tembak di kepala.

Gereja-gereja Katholik di Kota Loikaw juga tak luput dari serangan pasukan militer Myanmar. Empat warga sipil tewas dalam satu serangan militer ke sebuah gereja di Kota Loikaw yang juga menampung 300 warga sipil lainnya.

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat setidaknya ada 100.000 penduduk yang mengungsi ke hutan dan wilayah lainnya untuk menghindari pertempuran.

Serangan militer yang semakin membabi buta menggunakan pesawat dan artileri ke wilayah Kayah Timur memicu krisis makanan dan air bagi para penduduk yang mengungsi.

Baca Juga: Myanmar Semakin Membara, Mbah Mijan Ingatkan Hal Penting Ini Untuk Bangsa Indonesia

Seorang pakar hak asasi manusia (HAM) PBB Tom Andrews, memperingatkan akan adanya kematian massal akibat kelaparan dan paparan penyakit yang menyasar para pengungsi tersebut.

Andrews yang merupakan agen PBB di Myanmar, menyerukan tindakan yang konkrit dari dunia internasional atas serangan militer Myanmar yang mengancam nyawa ribuan warga sipil di negara bagian Kayah.

“Kematian massal akibat kelaparan dan paparan penyakit dalam skala yang belum pernah kita lihat sejak kudeta 1 Februari, dapat terjadi di negara bagian Kayah tanpa tindakan segera,” kata Andrews seperti dilansir LingkarKediri.com dari AL Jazeera pada 9 Juni 2021.

PBB menyatakan mereka yang mengungsi dan terkena dampak serangan militer Myanmar sangat membutuhkan air, makanan, tempat tinggal, bahan bakar dan akses ke perawatan kesehatan.***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x