LINGKAR KEDIRI - Pemimpin sipil Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi akan menghadapi pengadilan Senin waktu setempat.
Kejadian ini menyebabkan tindakan keras yang mematikan akhir pekan terhadap protes demokrasi tanpa henti.
Pada Minggu 29 februari waktu setempat, pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah demonstran tak bersenjata di empat kota.
Dalam insiden tersebut PBB mengatakan pihaknya memiliki informasi yang dapat dipercaya sedikitnya 18 orang tewas.
Satu orang di antara sekelompok pengunjuk rasa yang berjongkok di belakang tempat sampah dan perisai darurat lainnya di Yangon, ibu kota komersial, ditembak dan harus diseret oleh yang lain, menurut rekaman video yang direkam oleh AFP.
"Kami mengutuk keras kekerasan yang meningkat terhadap protes di Myanmar dan menyerukan kepada militer untuk segera menghentikan penggunaan kekuatan terhadap pengunjuk rasa damai," kata Ravina Shamdasani, juru bicara kantor hak asasi manusia PBB.
Baca Juga: Diramal Denny Darko Berpotensi Pisah, Akhirnya Celine Evangelista Buka Suara
AFP secara independen mengonfirmasi delapan kematian dalam kekerasan hari Minggu, meskipun ada kekhawatiran jumlah korban bisa jauh lebih tinggi.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sebuah kelompok pemantau yang andal, memperkirakan sekitar 30 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan sejak kudeta 1 Februari.