Australia Bentuk Koalisi dengan AS, Inggris Hingga Uni Eropa Atas Serangan Cyber China, Noble: Melewati Batas

- 29 Juli 2021, 15:03 WIB
Ilustrasi bendera China.
Ilustrasi bendera China. /Gaston Laborde/Pixabay

LINGKAR KEDIRI - Badan keamanan utama Australia telah menyoroti serangan keamanan siber besar yang dikaitkan dengan China.

Untuk diketahui, Australia bergabung dengan AS, Inggris, dan Uni Eropa untuk mengaitkan serangan pada server Microsoft Exchange ke China.

Mengatasi penyelidikan parlemen pada hari Kamis, bos Direktorat Sinyal Australia Rachel Noble mengatakan Beijing telah melewati batas.

“Apa yang terjadi … Untuk menggambarkannya dalam bahasa sederhana, itu akan seperti rumah dan bangunan memiliki 14 kunci di pintunya. Ketika pemerintah China mengetahui kunci yang salah di pintu, mereka masuk dan mendorong semua pintu itu terbuka, ”katanya.

Baca Juga: Ternyata ini Penyebab Penurunan IQ Seseorang, Mulai Dari Faktor Makanan hingga Kebiasaan Sehari-hari

Dirinya mengungkapkanbahwa kejadian tersebut merupakan jenis bagi semua kejahatan.

“Apa yang kemudian terjadi adalah ada kesempatan bagi semua jenis penjahat, aktor negara lainnya, sebut saja, untuk masuk di balik semua pintu terbuka yang disangga itu", Ungkapnya.

Dirinya juga mengklaim bahwa apa yang dilakukan oleh China adalah perbuatan yang melewati batas.

“Tindakan itu, dari sudut pandang teknis, melewati batas.”

Noble mengatakan serangan itu membahayakan sekitar 70.000 entitas dan bisnis Australia.

Baca Juga: Awas Sering Merasa Dingin Pada Bagian Kaki Bisa Jadi Ini Penyebabnya, Salah Satunya Stres Akut!

Sekretaris Departemen Dalam Negeri Mike Pezzullo mengatakan tindakan China menunjukkan pengaburan garis yang jelas antara serangan siber yang disponsori negara dan kriminal.

“Beberapa sarjana dan ahli akan berpendapat ini sebagai manifestasi dari apa yang kadang-kadang dikenal sebagai konflik hibrida atau aktivitas zona abu-abu,” katanya.

Dia berpendapat insiden itu menunjukkan perlunya kerangka kerja yang jelas bagi pemerintah untuk menentukan apakah serangan itu kriminal atau setara dengan tindakan militer oleh negara asing.

“Risiko terhadap kepentingan nasional Australia dalam pandangan pemerintah terlalu besar untuk tidak memiliki kerangka kerja yang jelas dan mapan, sebelum insiden, untuk beroperasi sebagai upaya terakhir dalam keadaan darurat nasional,” katanya.

“Jam terus berdetak … Urgensi undang-undang ini, sejujurnya, menurut saya sudah terbukti dengan sendirinya.”

Baca Juga: Segera Hindari! 8 Kebiasaan Berikut Ini Tanpa Disadari Akan Merusak Otakmu

Komite intelijen dan keamanan parlemen yang kuat sedang mempertimbangkan undang-undang baru yang akan mendefinisikan infrastruktur penting Australia dan bagaimana melindunginya dari serangan keamanan dunia maya.

Pada 2019-20 ada 2.266 insiden siber yang dilaporkan ke Pusat Keamanan Siber Australia.***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: News AU


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x