Ketimpangan Vaksin! Abaikan Seruan WHO, Israel Jerman Hingga Amerika Serikat Lanjutkan Booster Vaksin Corona

- 6 Agustus 2021, 06:40 WIB
Kepala Organisasi WHO menegaskan moratorium booster wajib dilakukan
Kepala Organisasi WHO menegaskan moratorium booster wajib dilakukan /Dokumen WHO.Int

LINGKAR KEDIRI - Jerman, Prancis, dan Israel akan melanjutkan rencana untuk memberikan booster vaksin COVID-19.

Langkah negara tersbut mengabaikan seruan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO untuk menunda sampai lebih banyak orang divaksinasi di seluruh dunia.

Keputusan untuk terus maju dengan suntikan Booster vaksin corona ini terlepas dari pernyataan terkuat WHO.

Namun WHO menyoroti ketidakadilan besar dalam menanggapi pandemi ketika negara-negara kaya meningkatkan program untuk melindungi warga dari varian Delta yang lebih menular.

Baca Juga: Pecahkan Misteri Pelarangan Memakai Baju Hijau Di Pantai, Roy Kiyoshi: Orang Mengira Dimakan Nyi Roro Kidul

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Prancis sedang berupaya meluncurkan dosis ketiga untuk orang tua dan rentan mulai September.

Sementara itu, Jerman bermaksud untuk memberikan booster vaksin corona kepada pasien immunocompromised, yang sangat tua dan penghuni panti jompo mulai September.

Disisi lain, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dalam sebuah pernyataan mendesak warga yang lebih tua untuk mendapatkan suntikan ketiga setelah pemerintah bulan lalu memulai kampanye untuk memberikan dosis booster vaksin corona.

"Siapa pun yang berusia di atas 60 tahun, dan belum menerima dosis ketiga dari vaksin, enam kali lebih rentan terhadap penyakit parah dan - sangat dilarang - kematian," kata Bennett.

Dilansir dari Reuters, Bennett mengatakan upaya Israel untuk memberikan dosis ketiga vaksin Pfizer/BioNTech kepada orang-orang di atas 60 tahun akan memberikan informasi penting kepada dunia dalam memerangi varian Delta.

Israel, dengan populasi 9,3 juta, adalah negara kecil yang penggunaan vaksinnya "tidak terlalu mempengaruhi pasokan dunia secara signifikan", tambahnya.

Baca Juga: Indigo Ungkap Masa Depan Covid-19 Hingga Bangkitnya Indonesia, Ramalanya Sebut Virus Kunci Kejayaan Nusantara

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu menyerukan penghentian booster hingga setidaknya akhir September.

Dirinya mengatakan tidak dapat diterima bagi negara-negara kaya untuk menggunakan lebih banyak pasokan vaksin global.

Untuk diketahui, Negara-negara berpenghasilan tinggi memberikan sekitar 50 dosis untuk setiap 100 orang pada bulan Mei, dan jumlah itu meningkat dua kali lipat, menurut WHO.

Negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang, karena kurangnya pasokan.

Jerman menolak tuduhan itu, dengan mengatakan pihaknya juga akan menyumbangkan setidaknya 30 juta dosis vaksin ke negara-negara miskin.

"Kami ingin memberikan vaksinasi ketiga kepada kelompok rentan di Jerman dan pada saat yang sama mendukung vaksinasi sebanyak mungkin orang di dunia," kata kementerian kesehatan Jerman.

Sementara itu Amerika Serikat mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya siap untuk memberikan suntikan penguat jika diperlukan, menunjukkan bahwa mereka juga tidak akan mengindahkan seruan WHO.

Baca Juga: 7 Tanda Anak Memiliki IQ Tinggi Sejak Bayi! Senang Bermain Sendiri Hingga Tertawa Sepanjang Waktu

Pfizer mengatakan booster kemungkinan besar diperlukan karena berkurangnya respons antibodi, terutama setelah enam bulan.

Regulator kesehatan A.S. telah mengatakan bahwa lebih banyak bukti ilmiah diperlukan untuk memastikan penguat tertentu diperlukan, tetapi telah mengindikasikan bahwa mereka percaya suntikan ketiga mungkin diperlukan untuk orang dengan sistem kekebalan yang terganggu.

Pemerintah Macron sedang mencoba untuk meningkatkan program vaksinasi Prancis ketika negara itu menghadapi gelombang keempat virus dan demonstrasi jalanan sebagai protes terhadap kebijakan COVID pemerintah.

Prancis dan Jerman sejauh ini telah memberikan setidaknya satu dosis vaksin COVID-19 kepada 64,5% dan 62% populasi masing-masing, dengan 49% Prancis dan 53% Jerman telah divaksinasi penuh.***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah