Moskow Resmi Menghentikan Pasokan Gas ke Bulgaria dan Polandia, Rubel di Rusia Dikabarkan Menguat

- 3 Mei 2022, 19:15 WIB
Ilustrasi-gas Rusia yang diganti menjadi pembelian dengan bentuk rubel/freepik/fanjianhua
Ilustrasi-gas Rusia yang diganti menjadi pembelian dengan bentuk rubel/freepik/fanjianhua /

LINGKAR KEDIRI – Peperangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina hingga saat ini masih belum menemukan titik untuk damai.

Operasi militer dan invasi yang dimulai oleh Rusia ini telah mendapatkan banyak kecaman dari negara-negara Barat.

Bahkan Barat juga telah menjatuhkan banyak sanksi kepada Rusia, yang mana hal ini dilakukan untuk menumbangkan ekonomi dari Rusia.

Baca Juga: Isu Panas, Terungkap Alasan Sampai Sekarang Belum Ada Konfirmasi Kesepakatan Real Madrid dengan Mbappe

Walau demikian, hal tersebut tidak membuat Rusia menyerah, justru kini pasukan Moskow semakin membanjiri wilayah di Ukraina.

Mengenai sanksi-sanksi yang banyak dijatuhkan kepada Rusia, Mskow baru-baru ini telah secara resmi menghentikan pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia.

Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Raksasa energi Rusia Gazprom (GAZP.MM), bahwa pengentian pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia dilakukan lantaran gagal membayar gas dalam rubel.

Pengentian pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia ini juga membuat Rubel menguat di Moskow.

Hal tersebut sebagaimana yang dilaporkan oleh 19fortyfive, media Amerika Serikat ini mengatakan bahwa Rubel menguat ke level tertinggi lebih dari dua tahun terhadap euro di perdagangan Moskow pada prospek pembayaran pajak penghasilan mendatang.

Baca Juga: Kabar Mengejutkan! Zelensky Terang-terangan Ungkap Rusia Blokir Ekonomi Ukraina

Pada 0831 GMT dilaporkan bahwa rubel telah naik mencapai 1,1% diperdagangkan pada 76,00 versus euro, sebelumnya mencapai tertinggi lebih dari dua tahun di 75,9075.

Yang mana kenaikan tersebut 1% lebih kuat terhadap dolar di 72,82.

Dilaporkan juga bahwa penangguhan pasokan gas ke sejumlah negara Eropa dapat memperburuk ketegangan geopolitik dan semakin memperburuk hubungan dengan Eropa, yang berdampak negatif pada sentimen, kata Veles Capital dalam sebuah catatan.

Tetapi, analis Promsvyazbank menyampaiikan bahwa pajak penghasilan perusahaan yang jatuh tempo pada hari Kamis dapat menghalangi greenback dari penguatan signifikan terhadap rubel.

Baca Juga: Zelensky Dituding Tak Serius Bernegosiasi, Menlu Rusia: Perang Dunia III Tidak Bisa Diremehkan

Disebutkan juga bahwa “Bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga utamanya sebesar 200 basis poin menjadi 15% karena mencoba untuk merangsang lebih banyak pinjaman dalam perekonomian dalam menghadapi inflasi yang tinggi, jajak pendapat Reuters menunjukkan,” lapor media AS tersebut.

Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor: Haniv Avivu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah