LINGKAR KEDIRI – Krisis ekonomi yang dialami oleh Sri Lanka semakin hari kian menjadi-jadi.
Bahkan, tidak sanggup mengatasi masalah dalam negeri tersebut, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dikabarkan sampai melarikan diri.
Dilanda krisis ekonomi, baru-baru ini kantor perdana menteri Sri Lanka mengumumkan keadaan darurat beberapa jam setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negara itu pada 13 Juli 2022.
“Sejak presiden berada di luar negeri, (pemerintah) telah menyatakan keadaan darurat untuk menangani situasi di negara ini,” kata Dinouk Colombage, juru bicara Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, menurut AFP, dikutip dari Zing News.
Ini adalah ketiga kalinya dalam lebih dari tiga bulan negara Asia Selatan itu harus menggunakan kekuatan darurat.
Yang mana, penggunaan kekuatan darurat tersebut terakhir kali dilakukan pada 6 Mei 2022.
Polisi juga mengatakan mereka memberlakukan jam malam tanpa batas di seluruh provinsi barat, termasuk ibu kota Kolombo, untuk membendung protes yang berkembang setelah Presiden Rajapaksa terbang ke Maladewa dengan pesawat militer.
Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di sekitar kantor perdana menteri, memaksa polisi menggunakan gas air mata untuk mencegah mereka memasuki kompleks.
“Ada protes yang terjadi di luar kantor perdana menteri di Kolombo dan kami membutuhkan jam malam untuk mengatasi situasi ini,” kata seorang perwira polisi senior kepada AFP.
Baca Juga: Kasus Subang, Anjing K9 Mengigit Danu Usai Mengendus Helm Kuning Milik Amel, Danu Mengakui Hal Ini
Sebelumnya dikabarkan bahwa Rajapaksa, istri dan pengawalnya meninggalkan negara pulau itu dengan pesawat militer Antonov-32 dan mendarat di Maladewa pada pagi hari 13 Juli 2022 (waktu setempat).
"Paspor mereka dicap untuk naik ke penerbangan angkatan udara khusus," kata seorang pejabat yang terlibat dalam proses itu kepada AFP.***