Prancis Berdarah! 3 Jemaat Wanita Tewas Dibunuh dengan Berteriak 'Allahu Akbar' di Sebuah Gereja

- 29 Oktober 2020, 23:50 WIB
Wali Kota Nice Christian Estrosi berbincang dengan aparat kepolisian di lokasi penusukan yang menewaskan 2 orang di dekat Gereja Notre-Dame, Nice, Prancis.
Wali Kota Nice Christian Estrosi berbincang dengan aparat kepolisian di lokasi penusukan yang menewaskan 2 orang di dekat Gereja Notre-Dame, Nice, Prancis. /Twitter Christian Estrosi/

LINGKAR KEDIRI - Insiden berdarah di Prancis, ketika seseorang membawa pisau dan menyerang sambil meneriakkan "Allahu Akbar. Sebabnya, 3 wanita yang menjadi jemaat dalam prosesi ibadah di salah satu gereja di Kota Nice, Prancis, tewas. Dua diantaranya tewas ditempat dengan cara dipenggal, satu korban lain sempat lari dan akhirnya juga meninggal

Hal tersebut terjadi pada Kamis, 29 Oktober 2020, sekitar pukul 09.00 waktu setempat.

Tak lama setelah itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan hal yang kontroversial bahwa negara Prancis telah menjadi sasaran serangan teroris Islam.

Baca Juga: Hasil Klasemen Liga Champions Terbaru: Barca Ungguli Juve, Chelsea dan MU Pesta Gol

Baca Juga: Cukup Pakai KTP, Pastikan Dapat Banpres BLT UMKM atau BPUM Rp2,4 Juta, Simak Cara Daftar dan Ceknya

Macron juga mengatakan, dia akan mengerahkan ribuan tentara untuk melindungi situs-situs utama Prancis, seperti tempat ibadah dan sekolah.

Dilansir dari laman Reuters, Macron berbicara dari tempat insiden penyerangan kepada 3 orang wanita itu dan mengatakan, bahwa Prancis telah diserang.

"Atas nilai-nilai kami, untuk selera kami akan kebebasan, untuk kemampuan di tanah kami untuk memiliki kebebasan berkeyakinan" ujarnya.

"Dan saya mengatakannya dengan sangat jelas lagi hari ini: kami tidak akan memberikan dasar apa pun." tandasnya.

Baca Juga: Pemilik SIM C Dapat Bantuan Covid-19 Sebesar Rp900 Ribu Apakah Benar? Simak Faktanya

Sementara itu di Arab Saudi, sebuah stasiun televisi milik pemerintah melaporkan, bahwa seorang pria Saudi telah ditangkap di Kota Jeddah, tepatnya di Laut Merah setelah menyerang dan melukai seorang penjaga di konsulat Prancis.

Kedutaan Besar Prancis mengatakan, dia berada di rumah sakit setelah diserang menggunakan pisau, meskipun nyawanya tidak dalam bahaya.

Dalam beberapa jam setelah insiden berdarah di Nice terjadi, Polisi pun membunuh seorang pria yang mengancam orang yang lewat dengan pistol di Montfavet, dekat kota Avignon di Prancis selatan.

Baca Juga: Tak Ingin Disibukan Dengan Pelanggaran Teritorial, Indonesia Tawarkan Amerika Investasi di Natuna

Surat kabar Prancis, Le Figaro mengutip sumber penuntutan yang mengabarkan bahwa pria yang menyerang itu menjalani perawatan kejiwaan, dan mereka tidak percaya ada motif terorisme.

Walikota Nice, Christian Estrosi juga membuka suara, yang mengatakan bahwa serangan di kotanya itu telah terjadi di gereja Notre Dame dan mirip dengan insiden berdarah pada awal bulan Oktober ini di dekat Paris, pada saat seorang guru pengajar bernama Samuel Paty, menggunakan kartun Nabi Muhammad di mata pelajaran kewarganegaraan.

Serangan pada hari Kamis pagi itu, bertepatan dengan hari Maulid Nabi Muhammad SAW oleh umat muslim di seluruh dunia.

Baca Juga: Penyusup Laut Natuna, DFW: Kapal Vietnam Sering Melawan dan Menabrakkan Diri ke Aparat

Hal itu juga terjadi pada saat kemarahan umat Muslim yang meningkat, pasca pembelaan otoritas Prancis atas hak untuk menerbitkan kartun, yang membuat para pengunjuk rasa mengecam Pemerintah Prancis dalam aksi demonstrasi di jalan-jalan di beberapa negara mayoritas Muslim.

Setelah insiden di Kota Nice tersebut, Perdana Menteri Jean Castex menaikkan kewaspadaan keamanan Prancis ke level tertinggi.

Estrosi mengatakan, penyerang di Kota Nice itu berulang kali meneriakkan “Allahu Akbar”, bahkan saat ditahan oleh polisi.

Baca Juga: Kabar Duka, Ayah Mertua dari Komedian Andre Taulany Meninggal

Sebelumnya, sekitar pukul 9 pagi waktu setempat, seorang pria bersenjata pisau memasuki gereja dan memenggal kepala seorang wanita. Bahkan, ia juga memenggal kepala seorang wanita tua dan melukai korban ketiganya yang juga wanita.

Setelah insiden berdarah itu, dua wanita yang menjadi korban meninggal di tempat. Sedangkan wanita ketiga berhasil keluar dari gereja dan berlindung ke kafe terdekat, dan akhirnya juga meninggal.

“Tersangka penyerang pisau ditembak polisi saat ditahan. Dia sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, dia masih hidup,” kata Walikota Nice, Christian Estrosi, dikutip dari laman Reuters.

Baca Juga: Klasemen Grup Liga Champions Terbaru, Usai Pertandingan Rabu Dinihari

“Cukup sudah cukup. Sekarang waktunya bagi Prancis untuk membebaskan diri dari hukum perdamaian untuk secara definitif menghapus Islamo-fasisme dari wilayah kami." tandas Estrosi.

Di tempat kejadian, Reuters mengabarkan, aparar kepolisian yang bersenjata laras panjang lengkap, telah berjaga ketat untuk mengamankan di sekitar gereja yang berada di Nice's Avenue Jean Medecin, jalan utama perbelanjaan kota Riviera Prancis.

Juga, ambulans dan kendaraan pemadam kebakaran pun berada di lokasi.

Baca Juga: Jelang Pilkada 2020, Pembuatan e-KTP Dikebut Hingga Manfaatkan Libur Panjang

Atas beberapa kejadian di Prancis tersebut, beberapa negara mengecamnya.

Mulai dari Inggris, Belanda, Italia, Spanyol, Arab Saudi dan Presiden Tayyip Erdogan dari Turki, yang awal pekan ini mengecam Macron dan Pemerintahan Prancis.

Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki, Fahrettin Altun juga turut buka suara. Ia mengatakan, Islam tidak dapat digunakan atas nama terorisme.

Baca Juga: 4 Tersangka Kasus Korupsi Jiwasraya Dipenjara Seumur Hidup! Denda Triliunan Juga Harus Dibayarkan

Altun juga menambahkan, “Kami menyerukan kepada kepemimpinan Prancis untuk menghindari retorika yang menghasut lebih lanjut terhadap Muslim dan fokus, sebaliknya, menemukan pelaku ini dan tindakan kekerasan lainnya.” pungkasnya.***

 

Editor: Mualifu Rosyidin Al Farisi

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x