Kondisi Semakin Memanas di Prancis, Macron: Kami Tidak Akan Menyerah

- 31 Oktober 2020, 05:20 WIB
Fakta Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang penuh kontroversi
Fakta Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang penuh kontroversi /Aljazeera.com

LINGKAR KEDIRI – Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyatakan pasca serangan yang terjadi di Kota Nice pada Kamis 29 Oktober kemarin, membuat peringatan keamanan di Prancis dinaikan ke level tertinggi.

Menanggapi hal tersebut, Prancis akan kembali menambahkan ribuan tentara untuk mengamankan lokasi penting seperti tempat ibadah dan sekolah.

Berbicara di luar gereja, Marcon menyatakan Prancis telah diserang namun ia menyatakan bahwa Prancis akan memperjuangkan kebebasan berkeyakinan dan ia juga menegaskan bahwa tidak akan menyerah.

Baca Juga: Gempa Melanda Turki dan Yunani : Berikut 5 Analisis BMMKG, Salah Satunya Mengakibatkan Tsunami

“Atas nilai-nilai kami, untuk selera kami akan kebebasan, untuk kemampuan di tanah kami untuk memiliki kebebasan berkeyakinan. Dan saya mengatakannnya dengan jelas lagi hari ini: Kami tidak akan menyerah,” tegas Marcon, sebagaimana dikutip dari ANTARA.

Serangan tersebut terjadi dalam kurun waktu kurang dari dua minggu, terhitung setelah seorang guru sekolah menengah di pinggiran Paris meninggal akibat di penggal oleh penyerang berusia 18 tahun, penyerangan tersebut disebabkan karena ia marah kepada gurunya yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW di kelasnya.

Setelah kejadian tersebut, Kepala Jaksa Anti-Teroris, Jean-Francois Ricard mengatakan bahwa tersangka dalam serangan di Kota Nice adalah pria Tunisia yang lahir pada tahun 1999, pria tersebut tiba di Eropa pada tanggal 20 September tepatnya di Lampedusa, pulau Italia yang terletak di lepas Tunisia yang merupakan titik pendaratan utama bagi para migran asal Afrika.

Baca Juga: Gempa Kuat Melanda Turki dan Yunani: Wilayah Izmir Disusul Tsunami, Puluhan Tewas Serta Ratusan Luka

Setelah itu sumber keamanan Tunisia, dan sumber polisi Prancis telah menetapkan tersangka bernama Brahim Aouissaoui.

Pada kofenrensi pers di Kota Nice, Ricard mengatakan bahwa pria itu memasuki kota dengan kereta api pada Kamis pagi setelah itu pergi ke gereja, digereja itulah ia menikan dan membunuh petugas gereja berusia 55 tahun, tidak hanya itu ia juga memenggal kepala seorang perempuan berusia 60 tahun.

Halaman:

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x