Kabar Mengejutkan, Indonesia Tidak Berencana Mengurangi Minyak Sawit Dalam Campuran Biodiesel, Ada Apa?

- 28 Mei 2022, 08:30 WIB
Presiden Joko Widodo saat  melakukan peresmian pabrik biodiesel
Presiden Joko Widodo saat melakukan peresmian pabrik biodiesel /instagram/sekretariat.kabinet

LINGKAR KEDIRI – Indonesia merupakan salah satu negara di dunia penghasil minyak sawit terbesar.

Bahkan minyak sawit hasil bumi Indonesia telah diekspor kebanyak negara di dunia.

Keebradaan minyak sawit dari Indonesia ini memiliki perannan yang besar di pasar nabati global.

Baca Juga: Kasus Pembunuhan Subang, Terbongkar Memasuki 10 Bulan Belum Terungkap Karena Hal Ini

Seperti diketahui bahwa Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) pada akhir bulan April 2022 lalu telah resmi melarang ekspor CPO termasuk minyak goreng dan turunannya.

Kebijakan dari Indonesia yang bermaksud untuk menangani krisi minyak goreng telah mengguncangkan pasar nabati dunia belum lagi dengan kurangan pasokan akibat perang di Ukraina.

Baru-baru ini ada kabar mengejutkan lagi, yang mana Indonesia dikabarkan tidak berencana mengurangi minyak sawit dalam campuran biodiesel.

Menteri Ekonomi Indonesia, Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Indonesia tidak memiliki rencana untuk mengurangi persentase minyak sawit dalam biodiesel di bawah level saat ini 30% untuk memastikan pasokan energi negara.

Baca Juga: Pelaku Kasus Subang Mulai Terdeteksi, Dalang Pembunuhan Tuti dan Amel Diduga Seorang Wanita, Siapa Itu?

“Dengan sawit kita kurangi ketergantungan kita pada minyak. Dan kalau sekarang kita bandingkan harga sawit dengan harga energi, harus (subsidi) lebih banyak ke energi. Jadi persoalannya adalah ketahanan energi,” kata Airlangga Hartarto dikutip dari Reuters.

“(Persentase) pencampuran tidak akan berkurang karena keamanan energi adalah prioritas utama,” tambahnya.

Seperti diketahui bahwa negara Indonesia yang merupakan sumber 60% minyak sawit dunia.

“Jika Anda bergantung pada minyak, hari ini Anda berada dalam situasi bencana dengan harga minyak mendekati $ 110 (per barel),” kata Airlangga Hartarto.

“Di Indonesia, harga energi tidak menular ke masyarakat. Jadi pemerintah membayar delta (selisih) antara harga energi dan harga terjangkau,” kata tambahnya.

Sementara, belum lama ini, Indonesia juga telah mengeluarkan aturan baru, bahwa perusahaan atau industri diizinkan melakukan ekspor namun ini hanya berlaku bagi mereka yang memenuhi Kewajiban Pasar Domestik (DMO).

Disebutkan bahwa dibolehkannya ekpsor ini berlaku sampai enam bulan kedepan.

Kunjungi situs resmi kami secara langsung di lingkarkediri.pikiran-rakyat.com untuk mendapatkan informasi menarik dan terbaru lainnya.***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor: Haniv Avivu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x