Potensi Tsunami Pantai Selatan Jawa dengan Tinggi 20 M, Begini Penjelasan dan Riset Pakar ITB

- 20 September 2020, 21:59 WIB
Ilustrasi Tsunami besar.
Ilustrasi Tsunami besar. /pexels/GEORGE DESIPRIS

LINGKAR KEDIRI - Peringatan kemungkinan terjadi potensi gelombang tsunami di sepanjang Pantai Selatan Jawa Barat dan Selatan Jawa Timur dilontarkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).

Potensi tersebut disampaikan oleh pakar dari ITB, yang juga diperkuat oleh penelitian dari Guru Besar bidang Seismologi di Institut Teknologi Bandung (ITB), Sri Widiyantoro.

Riset ini sendiri sudah dilakukan setidaknya selama enam tahun oleh Guru Besar dari ITB itu untuk memastikan potensi adanya tsunami. Lantas, ia mempublikasi hasil riset terebut dan membuat peringatan dini.

Baca Juga: 5 Kendala BLT BPJS Ketenagakerjaan Tak Bisa Dicairkan, Calon Penerima Harus Cek Ulang Segera Mungkin

Baca Juga: China dapat Sekutu, Pakistan Siap Perang Nuklir Terhadap India disaat Klaim Nine Dash Line Memanas

Artikel ini sebelumnya telah terbit di RingtimesBanyuwangi.com dengan judul Waspada, Potensi Tsunami di Sepanjang Pantai Selatan Jawa Akibat Seismic Pecah

"Tinggi tsunami dapat mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur," kata Widiyontoro, dikutip dari ringtimesbanyuwangi.

Dia juga mengungkapkan berdasarkan hasil riset menggunakan data gempa dari katalog BMKG dan katalog International Seismologocal Center (ISC) periode April 2009 hingga November 2018.

Di dalam hasil tersebut ia menjelaskan terdapat zona memanjang di antara pantai selatan Pulau Jawa dan Palung Jawa yang memiliki sedikit aktivitas kegempaan.

Baca Juga: Konyol! Mutilasi Kalibata City, Pelaku Belajar dari Youtube hingga Sempat Kecapekan saat Mutilasi

"Karena itu kami mengidentifikasinya sebagai seismic gap," ujar Widiyantoro lewat keterangan tertulisnya.

Lalu, tim juga memanfaatkan data GPS yang berasal dari 37 stasiun yang telah dipasang di Jawa Timur dan Jawa Tengah selama enam tahun terakhir.

Hasil pengolahan data yang digunakan sebagai model simulasi numerik tinggi tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, apabia terjadi gempa besar.

Baca Juga: Geruduk China, Eropa Dukung Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya untuk Menolak Klaim Nine Dash Line

Area tersebut dapat berpotensi menjadi sumber gempa di masa mendatang, jika deformasi GPS yang diamati lebih kecil daripada laju gerak lempeng (defisit slip).

Widiyantoro menjelaskan bahwa pendekatan dan asumsi yang digunakan dalam studi ini serupa dengan yang digunakan untuk penelitian Palung Nankai di Jepang.

Dengan mengadopsi asumsi tersebut, area laju gerak lempeng yang tinggi tadi berpotensi pecah secara bersamaan atau terpisah saat terjadi gempa.

Baca Juga: 180.000 Penerima Kartu Prakerja Resmi Dicabut, Pihak Manajemen: Sayang Sekali Tidak Dimanfaatkan

Luas zona defisit slip di selatan Jawa Barat setara gempa bumi dengan magnitudo 8.9, juga dengan asumsi periode ulang gempa 400 tahun sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya.

Sedangkan zona dengan defisit slip tinggi di bagian timur setara dengan gempa bermagnitudo 8.8 untuk periode ulang yang sama.

"Sedangkan jika kedua zona defisit slip tersebut pecah dalam satu kejadian gempa, maka akan dihasilkan gempa dengan kekuatan sebesar Mw 9.1," ucap Widiyantoro.

Baca Juga: Iseng Tes Swab Malah Jadi Positif, Rektor IPB: Heran, kan Saya Gak Pernah Keluar Jabodetabek

Tim melakukan pemodelan tsunami dengan tiga skenario untuk memperkirakan potensi bahaya tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa.

Pemodelan tersebut yaitu pada segmen Jawa bagian barat, segmen Jawa bagian timur, dan segmen gabungan dari Jawa bagian barat dan timur.

Hasilnya adalah potensi tsunami yang sangat besar dengan ketinggian maksimum 20.2 meter di dekat pulau-pulau kecil sebelah selatan Banten dan 11.7 meter di Jawa Timur.

Baca Juga: #LeaderOfYouthBTS Trending, BTS Beri Hadiah Kapsul Waktu ke Presiden yang akan Dibuka Tahun 2039

"Tinggi tsunami bisa lebih tinggi daripada yang dimodelkan jika terjadi longsoran di dasar laut seperti yang terjadi ketika Gempa Palu dengan magnitudo 7.5 pada tahun 2018," tulis hasil riset itu.

Widiyantoro mengatakan, kajian multidisiplin ini yang mencakup analisis data seismik dan geodetik serta pemodelan tinggi tsunami secara jelas mengungkapkan adanya seismic gap di lepas pantai selatan Jawa yang dapat menjadi sumber gempa besar pada masa mendatang, dengan tsunami yang juga sangat destruktif.

Menurut Widiyantoro, hasil studi ini juga mendukung seruan untuk menambah instrumen sistem peringatan dini tsunami yang relatif masih jarang untuk area di selatan Pulau Jawa, dan juga untuk melindungi penduduk yang tinggal di wilayah pesisir.

Baca Juga: Isu Mendagri Tito Karnavian Positif Covid-19, Kemendagri Benni Irwan: Sama Sekali Tidak Benar!

Tim riset yang disebutkan sebelumnya memiliki sembilan anggota, yaitu Endra Gunawan, Nick Rawlison, Abdul Muhari, Nuraini Rahma Hanifa, Jim Mori, Pepen Supendi, Susilo, Andri D Nugraha, Hasbi A Shiddiqi, dan Hengki E Putra.

Kesimpulannya penelitian tersebut

Widiantoro menyebutkan bahwa area seismic gap tersebut mampu menjadi sumber gempa bumi di masa mendatang jika deformasi GPS yang diamati lebih kecil daripada laju gerak lempeng (defisit slip).

Adapula teori seismic gap yang memprediksi bahwa ukuran relatif dan frekuensi gempa bumi di suatu daerah tergantung pada ukuran dan frekuensi gempa bumi di daerah lain.

Baca Juga: Balas Malaysia, Filipina Bersumpah untuk Merebut Sabah demi Kehormatan Negara

Misalnya, jika daerah yang mengalami banyak gempa kecil kemungkinan tinggi tak akan mengalami gempa besar.

Sementara wilayah yang tak pernah mengalami gempa bumi dalam jangka waktu lama, diprediksi akan mengalami gempa lebih besar.

Menurut Sri Widiyantoro, kemungkinan besar tsunami sangat besar terjadi dengan ketinggian maksimum 20.2 meter di dekat pulau-pulau kecil sebelah selatan Banten dan 11.7 meter di Jawa Timur.

Baca Juga: Solusi Upload KTP Prakerja Gagal? Padahal Format Foto Sudah Sesuai Persyaratan. Simak Penjelasannya

Ia pun menambahkan bahwa hasil riset yang dilakukan oleh timnya diharapkan dapat membuat pihak-pihak tertentu menambah instrumen sistem peringatan dini Tsunami yang relatif masih jarang untuk area di selatan Pulau Jawa.

Tujuannya, yakni untuk melindungi penduduk di wilayah pesisir agar selamat dari bencana Tsunami.

Editor: Mualifu Rosyidin Al Farisi

Sumber: Pikiran Rakyat Ringtimes Banyuwangi (PRMN)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x