LINGKAR KEDIRI - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebut, tsunami tak hanya dipicu oleh gempa tektonik, melainkan juga vulkanik yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2018. Secara statistik, kejadian tersebut hanya terjadi 5% sepanjang sejarah kejadian tsunami di dunia.
Dalam gelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) secara virtual pada tanggal 7 Oktober 2020, kepala BMKG Dwikorita Karnawati sempat menyebut, bahwa tsunami yang melanda Indonesia pada tahun 2018 disebabkan karena aktivitas gunung berapi.
Oleh sebab itu, Dwikorita kebut Rakornas yang dihadiri beberapa pihak dari pemerintah serta para kepala daerah yang wilayahnya berpotensi terdampak bencana tersebut, setelah 3 lembaga meteorologi dan kemaritiman dari Amerika Serikat, Jepang dan Australia telah memastikan terjadinya La Nina pada level moderat.
Baca Juga: Mau Lolos Kartu Prakerja Gelombang 11? Triknya, Download Surat Ini dan Segera Kirim
Baca Juga: Heran, Korupsi Lebih Mendesak! Tapi Mengapa Cipta Kerja Keburu Disahkan? Berikut Pernyataan Ekonom
Ia berharap, seluruh elemen masyarakat maupun pemerintah yang terkait, selalu waspada terhadap tanda-tanda alam yang sedang terjadi.
Berdasarkan data monitoring gempa bumi BMKG, sejak tahun 2017 kemarin telah terjadi trend peningkatan aktivitas gempa bumi di Indonesia dalam jumlah maupun kekuatannya. Gempa bumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 magnitudo sekitar 200-an.
Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11920 kali dan tahun 2019 sebanyak 11588 kejadian gempa.
Baca Juga: Yuk Daftar! Bantuan Rp12,5 Miliar Untuk 400 UKM Indonesia dari Facebook Business, Simak Lengkapnya