LINGKAR KEDIRI - Membahas tentang sejarah negeri ini memang tak akan pernah ada ujungnya. Salah satunya mengenai peristiwa Sumpah Pemuda.
Dalam Sejarah, lahirnya Sumpah Pemuda merupakan bentuk upaya Bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari kolonialisme yang dinilai bersifat fanatisme kedaerahan.
Perjuangan ini berhasil membawa isu-isu nasionalisme dengan lebih mengedepankan diplomasi politik.
Baca Juga: Tok! Vonis Seumur Hidup 4 Tersangka Kasus Korupsi Jiwasraya, Juga Denda Triliunan Harus Dibayarkan
Baca Juga: Besok Libur, Hari Cuti Bersama Resmi Diperpanjang, ini Jadwal Lengkap Libur Nasional 2020
Tercatat, bahwa Kongres Pemuda II telah membangkitkan persatuan gerakan pemuda yang bersifat nasional meskipun mendapat reaksi tidak menyenangkan dari kolonial.
Dalam ‘Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoedi Indonesia tertulis mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Dari sekilas terhadap peristiwa bersejarah tanggal 28 Oktober 1928 yang kemudian dikenal sebagai “Sumpah Pemuda” terjadi berkat kesepakatan yang muncul di antara pimpinan organisasi kepemudaan dan kedaerahan.
Baca Juga: Sulap Pulau Rinca TN Komodo, Serupa Dengan ‘Jurassic Park’ Sebagai Destinasi Wisata Premium
Berangkat dari konflik secara damai simbolik keberadaan penjajah Belanda yang menyimbolkan berbagai kelompok pribumi sebagai bagian atau berada di bawah Belanda.
Sejak Sumpah Pemuda terjadilah kemerdekaan secara simbolik dan mental, karena saat itu diikrarkan kecintaan pada Indonesia.
Setelah proklamasi konflik dengan Belanda dalam mempertahankan kemerdekaan bukanlah menjadi kepentingan lokal lagi.
Baca Juga: Jelang Akhir Jabatan, Risma Sampaikan Suka Duka Bersama Warga Surabaya Melalui Pertemuan Virtual
Berikut adalah beberapa hal pokok yang dikemukakan dalam peristiwa sumpah pemuda :
1. Kembalinya Negara Kesatuan
Meskipun proklamasi telah dilaksanakan, bukan berarti Indonesia telah aman dari ujian dan cobaan.
Upaya Belanda memecah belah kemerdekaan dilakukan dengan mendirikan negara daerah atau negara bagian.
Namun, proyek tersebut mengalami kegagalan berkat adanya persatuan bangsa Indonesia.
Baca Juga: Pelaksanaan Operasi Zebra di Tengah Pandemi, Sambodo : Akan Dilaksanakan Hingga Dua Pekan ke Depan
2. Tantangan Eksternal dan Internal Gerakan Kedaerahan
Saat Soekarno memegang kekuasaan, secara eksternal nasionalisme dihubungkan dengan kebangkitan dunia ketiga dan perjuangan anti kolonialisme.
Adapun secara internal, mulai timbul gerakan separatis pada tahun 1956.
Pada saat ini lah Bung Karno berpidato tentang ‘penyimpangan dari sumpah pemuda 1928’.
Baca Juga: Program Substitusi Impor 35 Persen Pada Tahun 2020, Dody Rahadi : Ini Merupakan Potensi Investasi
3. Merengkuh kembali wilayah Irian Barat
Saat pergolakan daerah dapat diatasi, pada tahun 1960 sumpah pemuda dikaitkan dengan manipol, namun tahun berikutnya, sumpah pemuda menjadi bagian dari slogan untuk merebut irian barat.
4. Pembangunan Nasional
Nilai Sumpah Pemuda dihubungkan dengan upaya untuk memantapkan landasan pembangunan nasional.
Sumpah Pemuda tidak hanya dijadikan sebagai simbol pemersatu, tapi mengakui adanya pluralisme bangsa.
Baca Juga: Dinilai Lebih Aman, Kandungan Vape atau Rokok Elektrik yang Membahayakan Alveolus pada Paru-paru
5. Tantangan Nasionalisme
Ide nasionalisme kembali di bawah bayang-bayang adanya disintegrasi nasional.
Peristiwa Ploso, Sampit, Aceh, dan Irian Jaya yang tersulut oleh lepasnya Timor Timur berhasil dipadamkan oleh upaya yang disemangati roh persatuan dalam sumpah pemuda.***