LINGKAR KEDIRI - Iran dengan tegas mengutuk aksi yang dilakukan Amerika Serikat terhadap negaranya.
Pada hari selasa 22 Juni 2021 kemarin, Iran Mengecam atas keterlibatan Amerika Serikat dalam pemilunya.
Hal tersebut disampaikan lantaran Dpertemen Luar Negeri Amerika Serikat mengkritik pemilihan presiden di Iran.
Deplu AS mengkiritik bahwa pemilu yang dilakukan minggu lalu sebagai pemilu yang tidak bebas dan tidak adil.
Untuk diketahui, Pemilu tersebut dimenangkan oleh Ulama ultrakonservatif Ebrahim Raisi.
Ebrahim Raisi memperoleh 62 persen suara pada pemilihan Jumat lalu.
Ebrahim Raisi memenangkan pemilihan Presiden setelah berhasil mengungguli tiga kandidat lainnya.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari berikutnya bahwa pihaknya menyesalkan bahwa Iran tidak dapat mengambil bagian dalam “proses pemilihan yang bebas dan adil.”
"Kami menganggap pernyataan ini sebagai contoh campur tangan dalam urusan internal Iran," kata juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei.
"Kami mengutuknya," sambungnya, dikutip dari Times of Israel
Baca Juga: Peringatan 80 Tahun Nazi, Valdimir Putin dengan Tegas Ingatkan Keterlibatan Nato di Konflik Ukraina
Lebih lanjut, ALi rabiei mengatakan bahwa AS tidak berhak untuk mengomentari proses pemilihan di negara mana pun.
"Pemerintah AS tidak dalam posisi untuk mengomentari proses pemilihan di Iran atau negara lain mana pun," katanya.
Diberitakan sebelumnya dalam artikel yang tayang di Cirebon Pikiranrakyat.com dengan judul "Iran Mengutuk 'Campur Tangan' AS, Usai Washington Ragukan Keadilan Pemilu", Iran dan AS telah menjadi musuh bebuyutan selama lebih dari 40 tahun.
Ketegangan di antara mereka meningkat setelah presiden AS saat itu Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir utama pada 2018 dan memberlakukan sanksi yang melumpuhkan.
Baca Juga: Dinilai Lakukan Perdagangan Manusia, Bintang Tiktok ini Dihukum 10 Tahun Penjara
Sementara itu, penerus Trump, Joe Biden, lebih suka bergabung kembali dengan perjanjian nuklir dan pihak-pihak yang tersisa dalam perjanjian itu terlibat dalam negosiasi di Wina untuk mencoba menyelamatkannya.
Raisi, yang dianggap dekat dengan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang memegang kekuasaan politik tertinggi di Iran, mengatakan pada hari Senin bahwa dia tidak akan membiarkan negosiasi berlarut-larut.
Bahkan diungkapkan Raisi bahwa dirinya tidak akan bertemu dengan Joe Biden untuk bernegosiasi terkait rudal.***(Arman Muharam/PR Cirebon)