Prediksi Tsunami Setinggi 524 Meter Mengancam Dunia? Berikut Ulasan dan Penyebabnya

23 Oktober 2020, 20:11 WIB
Tsunami /

 

LINGKAR KEDIRI – Belakangan ini bukan hanya Indonesia, namun dunia dihebohkan dengan berita mengenai tsunami setinggi 524 meter, berikut ulasannya.

Seperti yang diketahui, saat ini dampak pandemi Covid-19 masih belum pulih seutuhnya, namun diprediksi akan ada tsunami 524 meter yang datang dari Alaska.

Menurut penelitian dari Science Alert menyebutkan, tsunami raksasa atau mega tsunami bisa datang dari Alaska dikarenakan longsoran batu.

Baca Juga: BLT Subsidi Gaji BPJS Gelombang 2 Cair Bulan Oktober Ini! Berikut Simak Waktunya

Longsoran dapat disebabkan oleh gletser yang mencair dan diprediksi akan terjadi dalam dua dekade mendatang atau sekitar 20 tahun lagi.

Namun kini para ilmuan mengkhawatirkan tsunami 524 meter tersebut akan terjadi dalam 12 bulan kedepan.

Para ilmuwan memperingatkan prospek bencana yang akan datang di Prince William Sound dalam surat terbuka kepada Departemen Sumber Daya Alam Alaska (ADNR) pada bulan Mei.

Meski potensi risiko tanah longsor semacam itu sangat serius, masih banyak hal yang tidak diketahui tentang bagaimana atau kapan bencana ini bisa terjadi.

Baca Juga: Sudah Bisa Diakses! Segera Daftar BLT UMKM Rp2,4 Juta Secara Online Melalui siapbersamaumkm.com

Yang jelas adalah gletser di Prince William Sound mengalami kemunduran, di sepanjang pantai selatan Alaska, tampaknya berdampak pada lereng gunung di atas Barry Arm, sekitar 97 kilometer (60 mil) di timur Anchorage.

Analisis citra satelit menunjukam bahwa saat Gletser Barry mundur dari Barry Arm karena terus mencair, goresan batu besar yang disebut lereng curam di permukaan gunung di atasnya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa, tanah longsor yang bertahap dan bergerak lambat sudah terjadi di atas fjord, tetapi jika permukaan batu tiba-tiba lepas, konsekuensinya bisa mengerikan.

Meski terpencil, kawasan ini adalah kawasan yang sering dikunjungi oleh kapal komersial dan kapal rekreasi, termasuk kapal pesiar.

Baca Juga: Mau Mendaftar BLT UMKM Tapi Gagal Log in, Coba Cek Websitenya Dengan Cara Ini

"Awalnya sulit untuk mempercayai angka-angka itu," kata salah satu peneliti, yang merupakan ahli geofisika Chunli Dai dari Universitas Negeri Ohio mengatakan kepada NASA Earth Observatory.

"Berdasarkan ketinggian endapan di atas air, volume tanah yang longsor, dan sudut kemiringan, kami menghitung bahwa keruntuhan akan melepaskan 16 kali lebih banyak puing dan 11 kali lebih banyak energi daripada longsor Teluk Lituya di Alaska tahun 1958 dan mega-tsunami", ujarnya.

Jika perhitungan tim peneliti benar, hasil seperti itu tidak mungkin terpikirkan, karena peristiwa longsornya Teluk Lituya di Alaska tahun 1958 oleh para saksi mata disamakan dengan ledakan bom atom.

Ditambah jika kalkulasi tim benar, maka hal ini seringkali dianggap sebagai gelombang tsunami tertinggi di zaman modern, mencapai ketinggian maksimum 524 meter.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 di Indonesia Sudah Masuk Fase ke-3, Jubir: Jika Berjalan Baik, Bisa Dibuat Masal

Peristiwa longsoran lereng yang jauh lebih baru pada tahun 2015 di Taan Fiord di sebelah timur menghasilkan tsunami setinggi 193 meter.

Para peneliti juga menjelaskan bahwa longsoran ini dapat disebabkan oleh berbagai sebab.

"Lereng seperti ini dapat berubah dari lambat merayap menjadi tanah longsor yang bergerak cepat karena sejumlah pemicu yang mungkin terjadi," jelas laporan yang diterbitkan bulan Mei lalu.

"Seringkali, hujan lebat atau hujan yang berkepanjangan menjadi faktor penyebabnya. Gempa bumi biasanya juga memicu longsoran. Cuaca panas yang mendorong pencairan permafrost, salju, atau es gletser juga bisa menjadi pemicunya".

Pasca laporan ini dirilis pada awal tahun, analisis longsor berikutnya menunjukkan sedikit atau tidak ada pergerakan massa tanah di lereng, meskipun hal itu sendiri tidak memberi kita cukup informasi, karena penelitian menunjukkan bahwa permukaan batuan telah bergeser setidaknya sejak 50 tahun yang lalu.

Baca Juga: BLT Subsidi Gaji BPJS Gelombang 2 Cair Bulan Oktober Ini! Berikut Simak Waktunya

Hal tersebut menyebabkan, dibeberapa titik mengalami percepatan, namun dititik yang lainnya mengalami perlambatan.

Saat variasi-variasi ini masih diselidiki, kesimpulan keseluruhan adalah bahwa kecepatan mencairnya gletser meningkatkan kemungkinan longsoran lereng yang lebih dramatis dan lebih cepat.

"Ketika iklim berubah, alam membutuhkan waktu untuk menyesuaikan," kata penulis surat dan ahli geologi Bretwood Higman dari organisasi nirlaba Ground Truth Alaska kepada The Guardian.

"Jika gletser menyusut dengan sangat cepat, lereng di sekitarnya dapat mengejutkan - mereka mungkin longsor secara serempak alih-alih menyesuaikan secara bertahap," lanjutnya.

Baca Juga: Melalui Film Dokumenter, Paus Fransiskus Nyatakan Dukungan Untuk Serikat Sipil Sesama Jenis

Sebagaimana dilansir oleh Zona Jakarta dalam artikel berjudul “12 Bulan Lagi Malapetaka Ancam Dunia, Mega Tsunami 524 M Diprediksi Datang dari Alaska, Ini Sebabnya”, penelitian dan pemantauan lanjutan telah dilakukan oleh banyak organisani.

Termasuk ADNR, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, dan Survei Geologi AS - mengawasi perkembangan di Prince William Sound, untuk melacak pergerakan di atas Gletser Barry, dan untuk menyempurnakan prediksi tentang dampak dari mega-tsunami yang diprediksi akan terjadi.

Pemodelan awal dari laporan bulan Mei, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, menunjukkan bahwa tsunami yang mencapai ketinggian ratusan meter di sepanjang garis pantai akan diakibatkan oleh longsoran besar yang tiba-tiba, menyebar ke seluruh Prince William Sound, dan ke teluk dan fjord yang jauh dari sumber.

Mungkin kesimpulan yang lebih besar adalah bahwa dampak dari penyusutan gletser yang relatif cepat di era perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman tanah longsor dan tsunami yang serupa di banyak tempat lain di dunia, tidak hanya di Alaska.*** (Lusi Nafisa/Zona Jakarta)

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler