Iran Peringatkan Biden, Rabiei: Jendela Peluang tidak Terbuka Selamanya

- 27 Januari 2021, 15:55 WIB
Ilustrasi ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat
Ilustrasi ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat /Pixabay/Geralt

LINGKAR KEDIRI - Iran memberikan peringatan kepada pemerintahan Biden pada Selasa 26 Januari 2021 waktu setempat.

Peringatan tersebut berisi bahwa Iran memiliki waktu terbatas untuk bergabung dengan kesepakatan nuklir 2015 silam.

Iran juga mengatakan pihaknya mengharapkan Washington untuk dengan cepat mencabut sanksi ekonomi.

Baca Juga: BSU BPJS Ketengakerjaa Belum Cair, Begini 6 Alasan dari Menaker, Salah Satunya NIK Tidak Sesuai

Sebagaimana diketahui sangsi tersebut dikenakan mantan Presiden Donald Trump terhadap negara itu setelah menarik Amerika keluar dari perjanjian atom pada 2018, sebagai bagian dari apa yang disebutnya tekanan maksimum terhadap Iran.

Trump mengutip program rudal balistik Iran di antara masalah lain dalam menarik diri dari perjanjian tersebut.

Dan ketika pemerintahan Trump meningkatkan sanksi, Iran secara bertahap dan secara terbuka meninggalkan batasan kesepakatan pada pengembangan nuklirnya.

Baca Juga: Aldebaran Ketakutan, Andin diusir Mama Rosa?, Sinopsis Ikatan Cinta Rabu, 27 Januari 2021

Pernyataan juru bicara Kabinet Iran Ali Rabiei pada Selasa adalah bagian dari tekanan yang coba dilakukan Teheran terhadap AS karena berusaha meningkatkan pengaruhnya dan membuat pemerintahan Biden segera kembali ke kesepakatan.

Sementara itu, Joe Biden telah bergerak cepat untuk membongkar warisan Trump dengan menandatangani serangkaian tindakan eksekutif yang membalikkan arah berbagai masalah, termasuk perubahan iklim dan imigrasi.

Meskipun Biden telah berjanji untuk kembali ke kesepakatan nuklir, Rabiei mengatakan belum ada komunikasi antara Iran dan Biden tentang masalah tersebut.

Baca Juga: Langkah Baru Trump Buka Kantor di Florida, Dirinya Bersumpah Akan Kembali

Sementara itu, dia menambahkan bahwa Iran akan mengambil langkah lebih jauh dari kesepakatan nuklir dengan memberlakukan pembatasan pada inspeksi oleh pengawas nuklir PBB pada akhir Februari.

Pada bulan Desember, parlemen Iran menyetujui undang-undang di mana bagian dari inspeksi yang telah diatur dalam kesepakatan itu akan ditangguhkan pada bulan Februari jika penandatangan Eropa untuk kesepakatan nuklir 2015 tidak menawarkan keringanan dari sanksi minyak dan perbankan.

"Jendela peluang tidak akan terbuka selamanya, baik untuk AS atau anggota Eropa dari kesepakatan nuklir untuk memenuhi komitmen mereka," Ujar Rabiei.

Baca Juga: Cek Segera di Laman ini, BLT BPJS Ketenagakerjaan Rp.1,2 Juta akan Lanjut di 2021, Begini Kata Kemnaker

Ketegangan antara Teheran dan Washington terus meningkat.

Selama hari-hari terakhir Trump sebagai presiden, Teheran menyita sebuah kapal tanker minyak Korea Selatan dan mulai memperkaya uranium lebih dekat ke tingkat senjata, sementara AS telah mengirim pembom B-52, kapal induk USS Nimitz, dan kapal selam nuklir ke wilayah tersebut.

Iran juga telah meningkatkan latihan militernya, termasuk menembakkan rudal jelajah sebagai bagian dari latihan angkatan laut di Teluk Oman bulan ini.

Iran memiliki kemampuan rudal hingga 2.000 kilometer (1.250 mil), cukup jauh untuk menjangkau musuh bebuyutan Israel dan pangkalan militer AS di wilayah tersebut.

Baca Juga: Jangan Nekat! 18 Makanan Ini Tidak Perlu Disimpan di Lemari Es, Bisa Mubazir

Januari lalu, setelah AS membunuh seorang jenderal top Iran di Baghdad, Teheran membalas dengan menembakkan rentetan rudal balistik ke dua pangkalan Irak yang menampung pasukan AS, yang mengakibatkan luka gegar otak pada puluhan tentara Amerika.

Dalam perkembangan terpisah pada hari Selasa, TV pemerintah Iran mengatakan Iran berhasil menguji teknologi canggih untuk transfer data berbasis cahaya - yang dalam sains dikenal sebagai kriptografi kuantum aman berbasis keterikatan - pada jarak 1,6 kilometer (1 mil) di ibu kota, Teheran.

Baca Juga: Pentingnya Memuliakan Tamu, Begini Adab dan Penjelasanya dalam Islam

Teknologi ini diharapkan memungkinkan cara aman berbagi informasi rahasia antara pengguna jarak jauh.

Kepala departemen nuklir negara itu, Ali Akbar Salehi, mengatakan para ahli Iran memulai teknologi enkripsi, yang sejauh ini hanya dikuasai beberapa orang di dunia, pada 2018 dan berharap dapat menggunakannya dalam komunikasi satelit pada 2025.***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: Yahoo! News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x