Kibarkan Bendera Buddha, Para Biksu Ikut Unjuk Rasa Tolak Kudeta Militer Myanmar

- 8 Februari 2021, 15:01 WIB
Ilustrasi aksi unjuk rasa pascakudeta di Myanmar.
Ilustrasi aksi unjuk rasa pascakudeta di Myanmar. /Reuters/SHWE PAW MYA TIN

LINGKAR KEDIRI – Ribuan pengunjuk rasa anti-kudeta berbaris di kota-kota di seluruh Myanmar pada Senin. Mereka berdemonstrasi untuk tiga hari berturur-turut untuk menentang pencopotan dan penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi oleh pihak militer seminggu yang lalu.

Dilasir Lingkar Kediri dari Reuters pada 8 Februari 2021, sekelompok Biksu juga ikut berbaris bersama para pekerja dan mahasiswa di Kota Yangon, Myanmar dalam aksi penolakan kudeta militer.

Para Biksu terlihat mengibarkan bendera Buddha warna-warni disamping spanduk merah dengan warna Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Baca Juga: Pertama Kali Dalam Sejarah di Myanmar Aksi Protes Warga, Win Myint: Mereka Ditahan Dan DiDiinterogasi

Mereka membawa spanduk bernada protes atas kudeta yang telah dilakukan oleh pihak militer. “ Bebaskan Pemimpin Kami, Hormati Suara Kami, Tolak Kudeta Militer,” tulis salah satu spanduk yang para demonstran bawa.

Protes yang melanda Myanmar pada hari Minggu adalah yang terbesar sejak “Revolusi Saffron” yang dipimpin oleh para Biksu Buddha pada tahun 2007 untuk membantu mendorong reformasi demokrasi.

“Para demonstran dari setiap sudut Yangon, silakan keluar dengan damai dan bergabunglah dengan pertemuan rakyat,” kata aktivis Ei Thinzar Maung mendesak pengikut di Facebook, menggunakan jaringan VPN untuk menggalang pengunjuk rasa meskipun ada upaya junta untuk melarang jaringan media sosial.

Baca Juga: Jepang Buat Kekacauan, China Tegas Bertekad Lindungi Kedaulatan dan Kepentingan Maritimnya

Di Kota Dawei dan Kachin ribuan orang berunjuk rasa dengan mengenakan pakaian serba hitam.

Sejauh ini berjalannya aksi demonstrasi berlangsung damai, tidak seperti protes pada tahun 1998 dan 2007 yang menimbulkan kekerasan.

Konvoi kendaraan militer sesekali terlihat lewat di Yangon pada Minggu malam dan sempat menimbulkan kekhawatiran timbulnya kekerasan.

Baca Juga: Menakut-nakuti China, Amerika Tunjukkan Kekuatannya dengan Berlayar Bebas di Nine Dash Line

Pemerintah memblokir internet selama sehari pada akhir pekan yang memicu kemarah yang lebih luas di Myanmar.

Aktivis Maung Saungkha dan Thet Swe Win memposting di halaman Facebook mereka bahwa polisi telah mencari mereka di rumah mereka, tetapi mereka tidak ada di sana dan masih bebas.

Selain protes jalanan, kampanye pembangkangan sipil telah dimulai, pertama dengan dokter dan diikuti oleh beberapa guru dan pegawai pemerintah lainnya.

Baca Juga: Biden Ajak Masyarakat Internasional Untuk Mendesak Militer Myanmar, Melepas Pejabat Aktivis dan Kekuasannya

“Kami meminta staf pemerintah dari semua departemen untuk tidak hadir bekerja mulai Senin,” kata aktivis Min Ko Naing, seorang veteran demonstrasi tahun 1988 yang pertama kali membuat Suu Kyi menonjol.

Suu Kyi memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 untuk kampanye demokrasi, dan menghabiskan hampir 15 tahun di bawah tahanan rumah selama beberapa dekade berjuang untuk mengakhiri hampir setengah abad pemerintahan militer.***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x