LINGKAR KEDIRI – Perusahaan besar Google dan Amazon saat ini dinilai secara agresif mengejar kontrak dengan lembaga-lembaga seperti Departemen Pertahanan AS, Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai (Ice), dan departemen kepolisian negara bagian dan lokal.
Hal itu diketahui dari sejumlah karyawan Google dan Amazon mendesak dua perusahaan tersebut untuk keluar dari Proyek Nimbus dan memutuskan hubungan dengan militer Israel.
Diketahui, saat ini sudah lebih dari 90 karyawan Google dan lebih dari 300 pekerja di Amazon telah menandatangani surat pernyataan tidak setuju atas proyek itu secara internal.
Baca Juga: 6 Negara Aneh dan Unik yang Ada di Dunia, Jarang Dibahas Keberadaannya Bahkan Tidak Diakui
Karyawan Google dan Amazon ini menamai diri sebagai anonim karena takut akan adanya “pembalasan” atas surat tersebu
Kontrak-kontrak ini sendiri merupakan bagian dari pola militerisasi yang mengganggu, kurang transparansi, dan kuranganya pengawasan.
Dikutip dari The Guardian, bos Google dan Amazon disebut telah menandatangani kontrak yang disebut Proyek Nimbus untuk menjual teknologi berbahaya kepada militer Israel.
Kontrak itu ditandatangani setelah tak berselang lama ketika militer Israel menyerang warga Palestina di Jalur Gaza.
Dan serangan itupun berhasil menewaskan hampir 250 orang, termasuk lebih dari 60 anak-anak.