LINGKAR KEDIRI – Kolera dan penyakit mematikan lainnya dapat membunuh ribuan orang di kota Mariupol, Ukraina selatan.
Saat mayat-mayat tidak dikumpulkan dan musim panas membawa cuaca yang lebih hangat, kata walikotanya, Jumat.
Walikota Vadym Boichenko mengatakan sumur telah terkontaminasi oleh mayat orang-orang yang terbunuh selama berminggu-minggu pengeboman dan pengepungan Rusia, dan bahwa pengumpulan mayat oleh penjajah Rusia di kota itu berjalan lambat.
Baca Juga: Perang Memanas, Ukraina Terang-terangan Akui Tak Tahu Cara Menggunakan Senjata Barat
"Ada wabah disentri dan kolera. Sayangnya, ini penilaian dokter kami: bahwa perang yang memakan lebih dari 20.000 penduduk ... sayangnya, dengan wabah infeksi ini, akan merenggut ribuan Mariupolit lagi," katanya kepada televisi nasional, dilansir LingkarKediri dari laman Reuters.
Boichenko, yang berbasis di luar Mariupol, mengatakan kota itu telah dikarantina.
Ukraina mengatakan sekitar 100.000 orang sekarang berada di Mariupol, kota yang dulunya ramai yang memiliki populasi sekitar 430.000 sebelum perang tetapi sekarang menjadi gurun perkotaan.
Baca Juga: Tak Disangka! Janji AS Gelontorkan Dana 54 Miliar untuk Bantuan ke Ukraina Sia-sia Karena Hal Ini
Boichenko, yang mengatakan bulan lalu bahwa pemboman Rusia telah mengubah Mariupol menjadi "ghetto abad pertengahan".