“Menghina 1,9 miliar Muslim - & kesucian mereka - karena kejahatan menjijikkan dari ekstremis semacam itu adalah penyalahgunaan kebebasan berbicara oportunistik. Itu hanya menyulut ekstremisme, ”katanya.
Baca Juga: Surat Edaran Penetapan Upah Minimum 2021, Ida Fauziyah: Ini Jalan Tengah Diambil Oleh Pemerintah
Muslims are the primary victims of the "cult of hatred"—empowered by colonial regimes & exported by their own clients.
Insulting 1.9B Muslims—& their sanctities—for the abhorrent crimes of such extremists is an opportunistic abuse of freedom of speech.
It only fuels extremism.— Javad Zarif (@JZarif) October 26, 2020
Ungkapan Menlu Iran ini, mengikuti pernyataan yang dibuat Macron setelah seorang remaja Chechnya membunuh seorang guru Prancis pada 16 Oktober.
Macron mengatakan guru sejarah Samuel Paty dipenggal kepalanya karena menunjukkan karikatur nabi kepada murid-muridnya
“karena para Islamis menginginkan masa depan kita”. Pada hari Minggu, Macron mengatakan dalam sebuah tweet: "Kami tidak akan menyerah, selamanya."
"Kami tidak menerima pidato kebencian dan membela debat yang masuk akal," tambah pemimpin Prancis itu.
Baca Juga: Berikut Link Mengunduh Logo Hari Peringatan Sumpah Pemuda 2020, Ayo Buat Foto Peringati HSP 2020
Macron telah menyatakan perang terhadap "separatisme Islam", yang katanya mengambil alih beberapa komunitas Muslim di Prancis.
Para pemimpin agama Iran belum menyerukan boikot produk dari Prancis. Tetapi beberapa pejabat dan politisi Iran telah mengutuk Macron karena Islamofobia, menurut media pemerintah Iran.
Ali Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, mengatakan perilaku irasional Macron menunjukkan kekasarannya dalam politik.