Angka Terjadinya Bencana Gempa Bumi di Indonesia Meningkat Drastis, Hampir 12.000 Setiap Tahun

7 Oktober 2020, 14:21 WIB
Daftar 14 Wilayah Terdampak Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG : Tak hanya Jawa, Selatan Bali Waspada /BMKG

LINGKAR KEDIRI – Mengingat adanya peningkatan secara drastis bencana gempa bumi di Indonesia beberapa tahun terakhir, menjadi salah satu alasan penting untuk melakukan persiapan langkah-langkah mitigasi dan evakuasi dengan baik.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa sistem mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami di Indonesia perlu diperkuat. Mengingat, hingga saat ini belum ada alat yang mampu memprediksi kapan waktu terjadinya gempa bumi.

"Jadi intinya kita harus selalu waspada dan siap apabila sewaktu-waktu terjadi gempabumi dan tsunami. Inilah yang membuat kita harus selalu berlatih agar kita terampil/ cekatan, tidak canggung, tidak panik, dan tahu apa yang harus dilakukan seandainya terjadi gempabumi dan tsunami," tutur Dwikorita, dalam pernyataan pada Selasa (6/10/2020).

Baca Juga: Waspada Terjadi Gempa Bumi dan Tsunami, Ketua BMKG: Ini Bukan Terjadi Peningkatan, Tapi Lonjakan!

Dwikorita Karnawati menegaskan, langkah-langkah mitigasi harus dipersiapkan dengan maksimal, karena terjadi lonjakan bencana gempa bumi dalam beberapa tahun terakhir ini. Data BMKG menyebutkan, gempa bumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam satu tahun, dan gempa bumi yang dirasakan atau berkekuatan lebih dari Magnitudo 5 sekitar 200 kali.

“Kejadian gempa bumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an,” ucapnya.

Tapi setelah tahun 2017, jumlah bencana gempa bumi yang terjadi dalam satu tahun meningkat drastis, menurut data BMKG telah tercatat gempa bumi terjadi sebanyak 11.920 kali dalam satu tahun, jelas peningkatan terjadi mencapai dua kali lipat jika dibanding tahun-tahun sebelum 2018.

Baca Juga: Daftar 14 Wilayah Indonesia Terancam Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG: Tidak Hanya Pulau Jawa Saja

"Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11.920 kali kejadian gempa. Ini namanya bukan peningkatan, tapi sebuah lonjakan," paparnya.

Pada Selasa 6 Oktober 2020, BMKG bersama dengan 24 negara lain serentak melakukan IOWave20, yaitu kegiatan latihan mitigasi bencana dan evakuasi dalam merespon sistem peringatan dini tsunami.

Kegiatan ini rutin dilakukan dua tahun sekali, dan diselenggarakan oleh Inter-governmetal Coordination Group atau Indian Ocean Tsunami Warning Mitigation System (ICG/IOTWMS)-UNESCO.

Baca Juga: Siap Hadapi Gempa Bumi dan Tsunami: Panduan Evakuasi Bisa di Download Disini

Dwikorita juga menyampaikan bahwa bencana gempa bumi perlu diwaspadai, dikarenakan gempa bumi adalah potensi terbesar terjadinya tsunami. Dengan dasar tersebut, perlu diperkuat sistem mitigasi gempa bumi dan tsunami di Indonesia.

"Mari berpartisipasi dalam IOwave20 untuk membangun kesiapan menghadapi tsunami di masa pandemi" ucapnya.

Kepala BMKG tersebut juga menambahkan, Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami sudah mulai dibangun sejak tahun 2008 di Indonesia, ratusan jaringan sensor bencana gempa bumi yang disertai dengan Internet of Things (IoT) telah dipasang, Super Computer dan Artificial Intelligent (AI), serta dilengkapi Pemodelan Matematis. Untuk memantau terjadinya gempa bumi dan memprediksi potensi terjadinya tsunami akibat dari gemba bumi tersebut.

Baca Juga: Menghadapi Ancaman Tsunami di Selatan Pulau Jawa, Menristek: Kita Tidak Bisa Lari Dari Bencana

Sistem Peringatan Dini tersebut dirancang tertuama untuk menghadapi potensi bencana gempa bumi Megathrust, dengan sekenario waktu kedatangan gelombang tsunami dalam waktu 20 menit.

"Latihan ini sangat tepat untuk melatih kecepatan kita dan menguji kecepatan kita dalam merespon peringatan dini, yang sekaligus juga menguji keandalan sistem peringatan dini tersebut. Apakah WRS New Generation yang baru dipasang bisa memberikan informasi yang cepat tepat dan akurat. Apakah sirine yang dipasang di wilayah rawan gempa dan tsunami dalam kondisi yang baik. Dan yang paling penting, apakah petugas di pemerintah daerah misal BPBD atau Pusdalop benar-benar sudah siaga 24 jam dalam menjalankan perintah evakuasi,” Tambahnya.

Baca Juga: Mengungkap Tujuan Dilakukannya Penelitian Mengenai Potensi Tsunami di Selatan Pulau Jawa

"Untuk keberhasilan sistem ini dalam mencegah korban jiwa, kesiapan seluruh pihak baik di Pusat serta Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat dalam merespon Peringatan Dini untuk penyelamatan diri di daerah rawan perlu selalu ditingkatkan, melalui edukasi /pelatihan ataupun gladi evakuasi, juga penyiapan peta, jalur dan tempat evakuasi yang memadai", pungkasnya.

Baca Juga: Ternyata Alam Juga Ikut Memberi Tanda, Jika Tsunami Pulau Jawa Akan Datang

Demi keberhasilan sistem ini dan demi keselamatan masyarakat dari bencana, harus didukung kesiapan dari seluruh pihak terkait, mulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat. Kesiapan tersebut dapat dibangun melalui edukasi, pelatihan, ataupun gladi evakuasi, juga penyiapan jalur dan tempat evakuasi yang memadai.***

Editor: Alfan Amar Mujab

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler