Hadapi Potensi Gempa Bumi dan Tsunami, Berikut yang Dilakukan BMKG dengan 24 Negara

- 7 Oktober 2020, 04:43 WIB
Bangun Kesiapan Hadapi Tsunami di Masa Pandemi, BMKG Gelar IOWave20
Bangun Kesiapan Hadapi Tsunami di Masa Pandemi, BMKG Gelar IOWave20 /BMKG

Lingkar Kediri-Potensi gelombang besar atau tsunami setinggi 20 meter yang akan melanda pulau jawa terus menghantui masyarakat.

Kendati demikian, berbagai pihak telah mengingatkan masyarakat agar tidak panik, namun juga diminta untuk waspada.

Pemerintah dan berbagai instansi telah memberikan informasi terkait tsunami ini agar masyarakat dapat mengantisipasinya.

Baca Juga: Pelaporan Najwa Shihab Ke Polda Metro Jaya, Fadli Zon Sindir Demokrasi Indonesia

Dalam beberapa tahun belakangan ini lonjakan terjadinya gempa yang berpotensi tsunami di Indonesia kian meningkat daripada sebelum tahun 2017.

Oleh karenanya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati melaksanakan gladi evakuasi tsunami.

Kegiatan tersebut bernama IOWave20 yang merupakan latihan mitigasi dan evakuasi dalam meresponse sistem peringatan dini tsunami yang diselenggarakan dua tahunan oleh Inter-governmental Coordination Group/ Indian Ocean Tsunami Warning Mitigation System (ICG/IOTWMS)-UNESCO.

Baca Juga: Dituding Cyber Bullying, Najwa Shihab Dilaporkan ke Polda Metro Jaya

Tahun ini, IOWave20 dilaksanakan secara serentak di berbagai negara di tepi Samudera Hindia pada tanggal 6 Oktober 2020, pukul 10.00-12.15 WIB dengan skenario kejadian gempabumi di Selatan Jawa, dengan magnitudo 9.1.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, kegiatan latihan tahun ini disesuaikan dengan kondisi pandemik COVID-19, sehingga latihan dilaksanakan melalui virtual TTX (Table Top Exercise).

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, mengungkapkan bahwa seluruh rangkaian kegiatan IOWave20 dilaksanakan sesuai dengan Guideline UNESCO No.105.

"Untuk pelaksanaan IOWave telah disepakati 3 skenario tsunami untuk IOWave20 yaitu di Sunda Trench (Indonesia), Andaman Trench (India), dan Makran Trench (Iran).

Namun Indonesia hanya akan berpartisipasi dalam skenario Sunda Trench, khususnya di selatan Pulau Jawa dengan gempabumi magnitudo M9.1 dengan kedalaman 10 km", ujarnya.

Baca Juga: RUU Omnibus Law, Mighty Earth: Parlemen Indonesia Membuat Pilihan Salah

IOWave ini sangat penting dilaksanakan untuk mengevaluasi rantai peringatan dini tsunami dan kesinambungan SOP, serta keterlibatan para pihak.

Prof. Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya melaksanakan gladi evakuasi ataupun TTX, mengingat berdasarkan data BMKG, terjadi lonjakan kejadian gempabumi dalam beberapa tahun terakhir.

"Kejadian gempabumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an. Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11920 kali kejadian gempa. Ini namanya bukan peningkatan, tapi sebuah lonjakan," jelas Dwikorita.

Hal tersebut perlu diwaspadai, karena sebagian besar tsunami yang terjadi di dunia dipicu oleh gempabumi. Oleh karena itu, perlu diperkuat sistem mitigasi gempabumi dan tsunami mengingat hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempabumi.

Baca Juga: Omnibus Law Disahkan, 35 Investor Khawatir Berisiko Melanggar Standar Praktik Internasional

 

Untuk diketahui Saat pelaksanaan kegiatan IOWave20, diikuti oleh 24 Negara di Pantai Samudera Hindia.

Di Indonesia diikuti 458 peserta yang terdiri dari BNPB, BIG, Basarnas, BPPT,IOTIC UNESCO, UN-inspire, 37 UPT BMKG, 130 BPBD di 33 provinsi, media cetak, online dan elektronik, Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), akademisi, dan pihak swasta.

Fasilitator dan observer berjumlah 129 orang terdiri dari BPBD dan UPT BMKG.***

Editor: Zaris Nur Imami


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x