Mengungkap Mitos Ratu Kidul Tsunami Purba dan Potensi Tsunami 20 Meter Selatan Pulau Jawa, Simak!

- 7 Oktober 2020, 17:53 WIB
Seorang pengunjung mengamati lukisan bergambar Ratu Kidul.
Seorang pengunjung mengamati lukisan bergambar Ratu Kidul. /ANTARA/R Rekotomo

LINGKAR KEDIRI – Belakangan ini masyarakat digemparkan mengenai hasil riset yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature Scientific Report yang mengungkapkan potensi gempa disertai tsunami akan terjadi di selatan Pulau Jawa.

Pasalnya riset tersebut dilakukan oleh para pakar Institut Teknologi Bandung (ITB) juga melibatkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hasil riset menunjukkan bahwa, potensi gempa bumi di selatan pulau jawa dengan kekuatan magnitudo 9,1 dan dapat menyebabkan gelombang tsunami mencapai ketinggian hingga 20 meter di pantai selatan Jawa Barat, dan 12 meter di pantai selatan Jawa Timur, sedangkan tinggi rata-rata di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa adalah 4,5 meter.

Baca Juga: Waspada Terjadi Gempa Bumi dan Tsunami, Ketua BMKG: Ini Bukan Terjadi Peningkatan, Tapi Lonjakan!

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuian Kebumian LIPI, Zainal Arifin, juga menanggapi hal tersebut.

“Barat Sumatera, Selatan Jawa sampai Bali adalah zona subduksi pertemuan lempeng benua Asia dan Australia. Ini menjadikan Indonesia mempunyai potensi bencana dari letusan gunung, berapi, gempa sampai tsunami selain memberikan kesuburan luar biasa bagi tanah Indonesia,” ujar Zainal di Jakarta beberapa waktu lalu, sebagaimana dilansir situs lipi.go.id.

Zainal juga menambahkan, masyarakat sebenarnya mempunyai pengetahuan berbasis kearifan lokal dalam bentuk mitos atau dongeng untuk menyikapi terjadinya bencana.

Baca Juga: Menghadapi Ancaman Tsunami di Selatan Pulau Jawa, Menristek: Kita Tidak Bisa Lari Dari Bencana

“Mitos dan dongeng sebetulnya adalah bentuk keingintahuan masyarakat pada masa lalu terhadap persitiwa alam,” ucapnya.

Zainal menerangkan, penemuan fakta berdasarkan penelitian memang dapat berkembang dari adanya mitos.

“Kadang sains dapat berkembang dari mitos. Seperti cerita adanya kota yang hilang di sekitar selatan Sumatra, Riau. Cerita inilah yang ditelusur menggunakan pendekatan ilmiah,” terang Zainal.

Salah satu mitos terkenal yang berhubungan dengan potensi tsunami pantai selatan Pulau Jawa adalah, sejarah pernah terjadinya tsunami di pantai selatan Jawa lewat mitos Ratu Kidul, diungkapkan oleh Eko Yulianto, peneliti paleotsunami Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoneisa (LIPI).

Baca Juga: Siap Hadapi Gempa Bumi dan Tsunami: Panduan Evakuasi Bisa di Download Disini

Selain melalui panggilan deposit tsunami, Eko juga melacak keberadaan tsunami pada masa lalu lewat kisah-kisah dongeng dan mitos. Metode ini juga dikenal dengan geomitologi dengan keyakinan bahwa, mitos-mitos kerap menyimpan informasi tentang suatu peristiwa pada masa lalu.

“Prinsip yang digunakan adalah bumi mempunyai siklus untuk peristiwa-peristiwa yang ada di dalamnya apakah itu letusan gunung, tsunami, banjir, gempa, dan sebagainya. Kejadian alam dan mitos ini kemudian dapat disatukan dalam ilmu geomitologi,” jelas Eko.

Eko mengatakan, bahwa metode penelitian geomitologi meyakini bahwa mitos-mitos masa lalu bukan hanya mitos belaka, lebih sari itu mitos kerap menyimpan informasi tentang sesuatu peristiwa di masa lalu yang kita tidak tahu.

Baca Juga: Tagar Anak STM Duduki Trending Twitter, Panggilan Aksi Untuk Anak STM Menggema

“Seperti contohnya adalah mitos tentang Ratu Kidul yang diduga adalah metafora bahwa pernah terjadi gelombang besar di pesisir Selatan Jawa.”katanya.

Ia mengungkapkan, penelitian geomitologi bukan sekedar cocokologi, seperti yang banyak ditemui saat ini.

“Geomitologi tidak hanya berhenti pada mitos-mitos dan spekulasi. Mitos dan spekuluasi tersebut terus diverifikasi dan dibuktikan secara ilmiah. Sementara cocoklogi hanya berhenti pada spekulasi tanpa dibuktikan lebih lanjut,” jelasnya.

Baca Juga: Omnibus Law Cipta Kerja Tuai Kontroversi, Staff Presiden: Tidak Puas? Gugat ke MK, Pemerintah Siap

Eko memulai penelitiannya karena menemukan adanya lapisan pasir di daerah Pangandaran yang menandakan pernah terjadi tsunami di daerah tersebut, sekitar 400 tahun yang lalu.

Lantas penelitian selanjutnya di pesisir Jawa lain dan menemukan rekam jejak yang sama pada masa yang sama pula.

“Dari sini saya bertanya-tanya, ada peristiwa apa di tanah Jawa pada 400 tahun yang lalu. Ternyata sesuai penjelasan di Babad Tanah Jawi saat itu kerajaan Mataram dibangun Islam dan Panembahan Senopati menjadi raja pertamanya,” ungkap Eko.

Eko kemudian mengumpulkan berbagai catatan sejarah dan cerita rakyat untuk meneliti jejak tsunami jaman purbakala ini. Salah satunya adalah mengenai mitos Ratu Kidul yang dipercayai banyak masyarakat sebagai penguasa pantai selatan Jawa.

Baca Juga: Ternyata Alam Juga Ikut Memberi Tanda, Jika Tsunami Pulau Jawa Akan Datang

Ada cerita Panembahan Senopati bertapa di pantai Selatan Jawa untuk meminta bantuan kepada Ratu Kidul untuk dapat membangun kerajaan Mataram, sedangkan dirinya bukan keturunan langsung raja. Setelah pertapaan tersebut, timbulah gelombang tinggi,” terangnya.

Eko menyamakan mitos Ratu Kidul dengan mitos tembang Serat Sri Nata, yang menjelaskan adanya bencana gelombang tinggi, airnya panas sehingga membunuh banyak makhluk hidup. Dalam Serat Sri Nata tertulis bahwa langit kala itu bergemuruh dan gelap disertai badai petir.

Baca Juga: Mengejutkan! 8 Fakta Mengenai Ancaman Tsunami di Selatan Pulau Jawa

“Bukankah ini membuktikan bahwa bencana itu benar terjadi. Hanya saja Panembahan Senopati berhasil memanfaatkan bencana ini agar seolah-olah Ratu Kidul merestuinya menjadi raja. Ia mengemas bencana ini sebagai mitos turun-temurun untuk kepentingan legitimasi politiknya,” jelas Eko.

Melalui penelitian yang ia lakukan, Eko berharap dapat membuka jejak tsunami dahsyat jaman purbakala tersebut, sehingga masyarakat dapat lebih waspada dengan potensi bencana alam yang mereka hadapi.

Baca Juga: Daftar 14 Wilayah Indonesia Terancam Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG: Tidak Hanya Pulau Jawa Saja

“Harapannya kita dapat membangun masyarakat yang lebih rasional dan lebih waspada, serta dapat mempersiapkan diri menghadapi ancaman-ancaman, sehingga kerugian dan korban bisa dikurangi dikurangi. Termasuk juga mengapresiasi cerita itu dalam kajian akademis,” pungkasnya.***

Editor: Alfan Amar Mujab

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x