Baca Juga: Pemutaran Film G30S PKI, Mahfud: Pemerintah Tidak Melarang
Budiharto memaparkan bahwa penampilan atlet di simulasi tentunya tidak akan sama dengan penampilan mereka di turnamen resmi.
"Kalau di pertandingan resmi, mereka akan ketemu dengan lawan-lawan yang membuat mereka ingin mengeluarkan semua kemampuan mereka, akan sangat berbeda dengan simulasi. Namanya simulasi, seserius apapun, pasti tidak semaksimal seperti mereka bertanding di turnamen resmi," jelas Budiharto.
PBSI akan mengkaji ulang wacana simulasi Piala Sudirman yang pernah diumumkan sebelumnya. Tim Pembinaan dan Prestasi akan berdiskusi kembali bersama tim pelatih untuk menyusun program mengembalikan performa atlet jelang tahun 2021 dan mempertimbangkan pengalaman selama ini bahwa latihan saja tidak cukup, atmosfer pertandingan tetap dibutuhkan oleh atlet.
Baca Juga: Update Covid-19 Kediri: Tambah 5 Kasus Positif per Sabtu, 26 September 2020
Baca Juga: Eri-Armuji Tak Hadiri Deklarasi Damai, Pengamat Politik Unair: Komitmen Itu Harus Bersama
Sementara itu, nasib turnamen Indonesia Masters yang biasanya diadakan di awal tahun pun masih belum bisa dipastikan. Jika mengacu pada skema turnamen beruntun di satu negara yang diterapkan BWF pada turnamen seri Eropa dan seri Asia, kemungkinan besar Indonesia Masters tidak bisa dilangsungkan sesuai jadwal.
"Sekali lagi, kebijakan BWF sekarang mengusahakan satu turnamen back to back di satu negara, artinya kalau turnamen seri Asia di Thailand pada Januari, maka perkiraan saya Indonesia Masters tidak akan ada, mungkin saja akan digabung dengan Indonesia Open, supaya sekali jalan," ungkap Budiharto.
Beberapa negara menerapkan prosedur karantina, sehingga penyelenggaraan turnamen di banyak negara dinilai tidak efektif karena banyak waktu terbuang.***