Indonesia Resmi Resesi Ekonomi, Ketahui Apa Itu Resesi Ekonomi dan Apa Dampak Yang Terjadi

- 6 November 2020, 07:19 WIB
ILUSTRASI Resesi.*
ILUSTRASI Resesi.* /pikiran-rakyat

LINGKAR KEDIRI - Indonesia resmi nyatakan mengalami resesi ekonomi, setelah Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal secara berturut-turut.

Pada kuartal III data BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami minus 3,49 persen.

Sedangkan, sebelumnya pada kuartal II ekonomi Indonesia juga mengalami hal serupa, yaitu minus 5,32 persen.

Baca Juga: Anggota DPR Bantah Adanya Kontrak Pegawai Seumur Hidup dalam UU Cipta Kerja, Berikut Penjelasannya

Perlu diketahui, sebelumnya Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, telah memprediksi bahwa Indonesia akan mulai mengalami resesi pada bulan September 2020.

Pernyataan tersebut disampaikan melalui unggahan di akun Youtube Kemenkeu RI pada Selasa, 22 September 2020 lalu.

Lalu, apa sebenarnya resesi ekonomi itu?

Baca Juga: 7 Tips Menurunkan Berat Badan dengan Cepat, Lakukan Sungguh-sungguh dan Lihat Hasilnya!

Berdasarkan beberapa data yang telah dihimpun Lingkar Kediri dari berbagai sumber, secara garis besar, resesi merupakan istilah ekonomi untuk menggambarkan keadaan dimana penurunan pertumbuhan jumlah produk domestik bruto (PDB) yang dihasilkan oleh suatu negara.

Penurunan PDB tersebut juga dapat dikatakan sebagai penurunan aktivitas ekonomi pada suatu negara.

Kemudian, apa saja dampak dari resesi ekonomi yang saat ini terjadi di Indonesia?

Baca Juga: 10 Pesan Pahlawan Kemerdekaan Bung Karno Hingga Bung Tomo, Ingatkan Hari Pahlawan 10 November

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan apa saja dampak yang mungkin dapat terjadi akibat resesi ekonomi.

  1. Pengangguran Berpotensi Meningkat

Bhima menyampaikan, dampak resesi ekonomi berpotensi menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan.

Dampak tersebut mungkin terjadi pada kelompok masyarakat menengah dan bawah secara signifikan, hal itu dikhawatirkan akan menimbulkan orang miskin baru.

Baca Juga: Putus dari Ria Ricis, Reza Surya: Itu Hanya Settingan

“Selain itu, desa akan jadi tempat migrasi pengangguran dari kawasan industri ke daerah-daerah karena gelombang PHK massal,” ujar Bhima, Kamis (5/11/2020).

  1. Lapangan Kerja Semakin Sempit

Lebih lanjut lagi, Bhima menjelaskan angkatan kerja baru makin sulit bersaing karena lowongan kerja menurun. Sementara itu, perusahaan kalaupun lakukan rekruitment akan prioritaskan karyawan lama yang sudah berpengalaman.

Baca Juga: Sejarah Hari Pahlawan 10 November, Dari Tewasnya Mallaby Hingga Bung Tomo dengan Perang 3 Minggunya

  1. Daya Beli Masyarakat Menurun

Banyaknya tingkat pengangguran dapat menyebabkan daya beli masyarakat menjadi menurun. Akibatnya berbagai sektor bisnis akan terkena dampaknya.

Kemudian jika ini terus berlanjut tingkat pengangguran akan semakin meningkat karena berbagai sektor bisnis. harus tutup karena mengalami penurunan penjualan.

“Masyarakat cenderung berhemat untuk membeli barang sekunder dan tersier. Fokus hanya pada barang kebutuhan pokok dan kesehatan,” kata Bhima.

Baca Juga: Perut Kembung, 5 Teh Ini Terbukti Berkhasiat

Dampak lainnya, yakni meningkatnya konflik sosial di masyarakat karena ketimpangan semakin lebar.

  1. Pendapatan Menurun

“Orang kaya bisa tetap survive selain karena aset masih cukup juga karena digitalisasi. Sementara kelas menengah rentan miskin tidak semua dapat melakukan WFH, disaat yang bersamaan pendapatan menurun,” pungkasnya.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah