Terungkap! Ratusan Masjid di China Dihancurkan, Laporan Australia Sebut ini Sebabkan Populasi Muslim Menurun

- 10 Mei 2021, 04:57 WIB
Ilustrasi Masjid.
Ilustrasi Masjid. /Pexels/Intan Payung/

LINGKAR KEDIRI - Para peneliti ungkap bagaimana populasi di China, Xhianjiang menurun drastis.

Para pakar tersebut mengungkapkan populasi menurun diakibatkan penghancuran masjid oleh pemerintah China.

Kejadian yang mendeskriminasikan kaum muslim telah dialporkan oleh lemabaga pemikir dari Australia.

Baca Juga: Jelang Hari Raya, Polisi Melarang Adanya Kerumunan Saat Malam Takbiran, Begini Alasannya

Menurut laporan tersebut, meskipun warga negara China diizinkan untuk menganut Islam, Budha, Taoisme, Katolik Roma, atau Protestan non-denominasi, ada aturan yang mengatur bagaimana warga negara mempraktikkan keyakinan mereka.

Institut Kebijakan Strategis Australia merilis laporan pada tahun 2020 yang mengatakan setidaknya 170 masjid yang hancur diidentifikasi melalui gambar satelit, sekitar 30% dari sampel yang mereka analisis.

Dalam dekade terakhir, kehadiran di Masjid Id Kah di kota bersejarah Jalur Sutra Kashgar telah turun dari 5.000 orang menjadi maksimal sekitar 900 orang.

Selain itu juga Partai Komunis China tidak lagi mengizinkan anak di bawah umur untuk berpuasa, dan pengamat telah melihat lebih dari seratus masjid dihancurkan.

Pemerintah membantah tuduhan tersebut, merujuk pada pengeluaran untuk perbaikan masjid yang mencakup kipas angin, toilet pembilasan, komputer dan pendingin udara.

Dilansir dari Newsweek.com seorang pelarian msulim Uighur mengatakan bahwa China seringkali membuat keributan.

"Mereka memiliki rutinitas membuat keributan seperti itu setiap kali mereka membutuhkannya," Ali Akbar Dumallah, seorang pria Uighur yang melarikan diri dari China pada tahun 2012. 

Baca Juga: Gempa dan Tsunami Besar di Palu Terkuak, Pakar Identifikasi Beberapa Wilayah ini Potensi Dilanda Tsunami Baru

"Orang-orang tahu persis apa yang harus dilakukan, bagaimana berbohong, itu bukanlah sesuatu yang baru bagi mereka." Ungkapnya.

Disisi lain, Tursunjan Mamat, seorang Muslim yang taat di wilayah Xinjiang China barat, mengatakan dia berpuasa Ramadhan

Kegiatan keagamaan termasuk puasa tidak diizinkan untuk anak di bawah umur, jelasnya.

Seorang Etnis Uighur berusia 32 tahun tidak mengeluh, setidaknya tidak kepada sekelompok jurnalis asing yang dibawa ke rumahnya di luar kota Aksu oleh pejabat pemerintah, yang mendengarkan tanggapannya.

Tampaknya dia sedang memberikan gambaran yang sebenarnya tentang bagaimana agama dipraktikkan di bawah aturan yang ditetapkan oleh Partai Komunis China.

"Anak-anak saya tahu siapa pencipta suci kami, tapi saya tidak memberi mereka pengetahuan agama yang terperinci," katanya, berbicara melalui seorang penerjemah.

"Setelah mereka mencapai usia 18 tahun, mereka dapat menerima pendidikan agama sesuai dengan keinginan mereka sendiri."

Baca Juga: Segera Buang Jika Tanaman ini Ada Dirumahmu, Bisa Datangkan Makhluk Halus Hingga Pertengkaran Rumah Tangga

Dia mengaitkan penurunan populasi muslim tersebut dengan perubahan alami dalam nilai-nilai, bukan kebijakan pemerintah, dengan mengatakan bahwa generasi muda ingin menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja daripada berdoa.***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: News Week


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah