Strategi China Kuasai Laut Natuna Utara Dinilai Pakar Berbahaya, Gunakan Tekanan dan Paksaan

4 April 2021, 12:14 WIB
Kapal induk Liaoning China di Laut Natuna Utara. /Reuters/Stringer/

LINGKAR KEDIRI - Ahli Strategi Politik mengatakan bahwa taktik China di laut Natuna Utara Tergolong berbahaya.

Hal demikian menyusul kebijakan beijing untuk mendorong dan memaksa negara Asean untuk menjauhi perairan tersebut.

Untuk diketahui beberapa tahun terakhir China memiliki ambisi untuk menguasai laut Natuna Utara.

Baca Juga: Mengerikan! Inilah 4 Jenis Jin yang Biasa Menempel Pada Tubuh Manusia, Salah Satunya Jin Ifrit

Ambisi ini terlihat dari sejumlah adanya pembuatan pulau disekitar perairan yang diklaim oleh Vietnam, Filipina, hingga Malaysia.

Selin itu, China juga berupaya meletakan beberapa unit militer di daerah tersebut.

Hal tersebut diduga untuk memperkuat kehadiran di Laut Natuna Utara, China menerapkan taktik lain untuk tegaskan kehadirannya di wilayah tersebut.

Pemerintah China selama beberapa minggu terakhir telah mengirim ratusan 'kapal penangkap ikan' untuk memperkuat outletnya dan menekan tetangganya.

Baca Juga: 5 Macam Pemujaan Bangsa Arab Sebelum Islam, Salah Satunya Memuja Malaikat yang Dianggap Putra-putri Tuhan

"Beijing dengan jelas berpikir bahwa jika ia menggunakan cukup paksaan dan tekanan dalam jangka waktu yang cukup lama, itu akan menekan keluar Asia Tenggara," ujar seorang analis terkemuka Asia, Greg Poling, dikutip dari laman Express.

Ia menilai taktik yang dilakukan oleh China dinilai berbahaya.

Pada akhir Maret, 245 kapal China serta empat kapal perang terlihat di perairan dekat Spratly, sebuah kepulauan dengan lebih dari 100 pulau yang terletak di antara Filipina dan Vietnam.

Analis dari Satuan Tugas Nasional untuk Laut Filipina Barat menolak pernyataan Beijing bahwa kapal itu milik nelayan yang berusaha meningkatkan hasil tangkapan mereka.

Baca Juga: Jangan Khawatir Stimulus Listrik Gratis Berakhir, Ternyata Begini Cara Mendapatkan Diskon 25-50% dari PLN  

Mereka mengatakan bahwa kapal-kapal itu adalah bagian dari milisi maritim China, kekuatan sipil yang dikerahkan oleh Beijing untuk mengimplementasikan tujuan strategisnya di Laut Natuna Utara.

Meskipun diyakini tidak bersenjata, kapal-kapal tersebut sebagian besar diawaki oleh pasukan cadangan yang beroperasi di bawah perintah Penjaga Pantai dan Tentara Pembebasan Rakyat.

Diktuip Lingkar Kediri.com dari Pikiran Rakyat.com dalam artikel yang sebelumnya pernah tayang dalam judul "Pakar Sebut Taktik China di Laut Natuna Utara Berbahaya". Kehadiran mereka untuk mengintimidasi nelayan lokal dan mengusir mereka dari daerah tersebut, dikhawatirkan.

Baca Juga: Terungkap Fakta Baru Mengenai Teroris ZA yang Lolos Masuk ke Dalam Mabes Polri, Rusdi: ZA Ingin Membuat SKCK

Menurut Greg Poling, dengan menempatkan para nelayan sipil di sana, dan menyebarkannya ke seluruh hamparan air di sekitar terumbu karang yang ditempati orang lain, atau di sekitar ladang minyak dan gas atau daerah penangkapan ikan, secara tidak langsung terus mendorong orang Filipina dan Vietnam keluar.

“Jika Anda seorang nelayan Filipina, Anda selalu diganggu oleh orang-orang ini. Pada titik tertentu Anda menyerah begitu saja dan berhenti memancing di sana," katanya.***(Rahmi Nurfajriani/Pikiran Rakyat)

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler