Ia menilai taktik yang dilakukan oleh China dinilai berbahaya.
Pada akhir Maret, 245 kapal China serta empat kapal perang terlihat di perairan dekat Spratly, sebuah kepulauan dengan lebih dari 100 pulau yang terletak di antara Filipina dan Vietnam.
Analis dari Satuan Tugas Nasional untuk Laut Filipina Barat menolak pernyataan Beijing bahwa kapal itu milik nelayan yang berusaha meningkatkan hasil tangkapan mereka.
Mereka mengatakan bahwa kapal-kapal itu adalah bagian dari milisi maritim China, kekuatan sipil yang dikerahkan oleh Beijing untuk mengimplementasikan tujuan strategisnya di Laut Natuna Utara.
Meskipun diyakini tidak bersenjata, kapal-kapal tersebut sebagian besar diawaki oleh pasukan cadangan yang beroperasi di bawah perintah Penjaga Pantai dan Tentara Pembebasan Rakyat.
Diktuip Lingkar Kediri.com dari Pikiran Rakyat.com dalam artikel yang sebelumnya pernah tayang dalam judul "Pakar Sebut Taktik China di Laut Natuna Utara Berbahaya". Kehadiran mereka untuk mengintimidasi nelayan lokal dan mengusir mereka dari daerah tersebut, dikhawatirkan.
Menurut Greg Poling, dengan menempatkan para nelayan sipil di sana, dan menyebarkannya ke seluruh hamparan air di sekitar terumbu karang yang ditempati orang lain, atau di sekitar ladang minyak dan gas atau daerah penangkapan ikan, secara tidak langsung terus mendorong orang Filipina dan Vietnam keluar.
“Jika Anda seorang nelayan Filipina, Anda selalu diganggu oleh orang-orang ini. Pada titik tertentu Anda menyerah begitu saja dan berhenti memancing di sana," katanya.***(Rahmi Nurfajriani/Pikiran Rakyat)