Ia juga menyerukan penghormatan terhadap status quo situs tersebut dan mendesak para pemimpin Israel, agama, dan masyarakat untuk segera “menenangkan situasi yang meledak-ledak ini”.
Namun, Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett mengarahkan agar kunjungan orang Yahudi di sana “terus berlanjut, sambil menjaga ketertiban di lokasi tersebut”, katanya dalam sebuah pernyataan resmi setelah insiden tersebut.
Dalam pernyataan kedua setelah kecaman Wakaf dan PA, Naftali Bennett menekankan bahwa “kebebasan beribadah di Temple Mount akan sepenuhnya dipertahankan bagi umat Islam juga”, menunjuk pada festival Idul Adha yang akan datang.
Baca Juga: Kabar Baik! Pemutihan Kendaraan Bermotor Kembali Dibuka, Simak Daftar Wilayahnya
Minggu juga menandai festival Yahudi Tisha B'Av, yang biasanya melihat peningkatan pengunjung Israel ke situs suci.
Media Israel melaporkan lebih dari 1.000 orang Israel berjalan melalui alun-alun YerusalemNamun juru bicara kelompok Yahudi yang mendorong kunjungan semacam itu mengatakan kepada AFP bahwa 1.679 peziarah berada di kompleks masjid pada Minggu pagi dan sore.
Mereka sebagian besar adalah orang Yahudi yang religius, beberapa dengan anak-anak di belakangnya, yang mengunjungi situs tersebut di bawah penjagaan ketat polisi untuk menandai hari puasa Tisha B'Av.
Dua tahun lalu, ketika hari raya Yahudi dan Muslim bertepatan, puluhan warga Palestina terluka oleh pasukan Israel dan tujuh lainnya ditangkap.
Daerah itu berada di Kota Tua yang bertembok di Yerusalem dan bagian dari wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967. Israel mencaplok Yerusalem Timur pada tahun 1980, sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Pada bulan Mei 2021 lalu, Israel melancarkan serangan 11 hari di Jalur Gaza setelah pasukan Israel menyerbu kompleks Masjid Al Aqsa, menyerang jamaah Muslim selama hari-hari terakhir Ramadhan.