Fakta dan Kesaksian Insiden di Gereja Prancis: Keluarga Pelaku, Keluarga Korban dan Manajer Kafe

- 31 Oktober 2020, 17:00 WIB
 Gereja Notre Dame di Prancis.
Gereja Notre Dame di Prancis. /Pixabay/SatyaPrem

LINGKAR KEDIRI - Ternyata, satu wanita yang menjadi korban penikaman di Gereja Notre Dame, Kota Nice, Prancis pada Jumat, 30 Oktober 2020 kemarin, adalah ibu dari tiga anak.

Ia bernama Simone Barreto Silva, yang pindah ke Prancis dari Brasil pada saat remajanya. Simone meninggal, setelah ditikam oleh pelaku yang tiba-tiba masuk ke Gereja saat prosesi ibadah berlangsung.

Sebelum meninggal, Simone sempat berlari keluar gereja menuju kafe terdekat, dengan kondisi berlumuran darah. Setelah itu, ibu tiga anak itu juga sempat membunyikan alarm darurat, yang membuat aparat keamanan langsung sigap menangkap pelaku.

Baca Juga: Parah, Masjidil Haram Ditabrak! Beruntung Ka'bah Aman dan Pelaku Telah Ditangkap, Berikut Videonya

Baca Juga: MA Berduka, Kepala Biro Hukum dan Humas Abdullah Meninggal Dunia Hari ini

Pelakunya sendiri adalah seorang pria dari Tunisia, bernama Brahim al-Aouissaoui.

Pria kelahiran 1999 itu mengucap "Allahu Akbar" ketika melancarkan aksinya di gereja. Bahkan setelah ditangkap aparat pun, Brahim masih mengucap kata tersebut.

Kesaksikan dari manajer kafe yang menjadi tempat pelarian Simone mengatakan kronologi kematian wanita itu.

Baca Juga: Pasca Gempa Turki dan Yunani, Pakar Seismologi: Potensi Gempa Susulan Hingga Beberepa Minggu Kedepan

“Dia menyeberang jalan, berlumuran darah,” kata Jelloule, manajer kafe itu.

“Dia masih berbicara, dia mengatakan bahwa ada seseorang di dalam (gereja),” lanjut Jelloule , kepada reporter France Television, dikutip dari laman Reuters.

Lalu, Bendahara Paroki Notre Dame, Jean Francois Gourdon juga mengatakan rasa dukanya atas kematian dari korban pertama yang merupakan pengurus gereja itu.

Baca Juga: PSSI Luncurkan Program Garuda Select Jilid Tiga, Direktur: Kami seleksi Untuk Dibawa ke Inggris

Seorang sexton atau pengurus gereja tersebut bernama Vincent Loques. Ia menjadi korban pertama dalam insiden penikaman yang dilakukan oleh Brahim.

Vincent sebelumnya telah bekerja di gereja bersama Gourdon. Namun, ia telah pergi (meninggal) tak lama usai Brahim melakukan aksinya kepada teman Gourdon itu.

"Sexton (Vincent Loques), ia sangat jujur, dia melayani semua orang, periang, suka bercanda." ujar Gourdon.

Baca Juga: Lolos Hasil Integrasi CPNS 2019? Siapkan Berkas Berikut untuk Sesi Pemberkasan dan Pengusulan NIP

Di kota Sfax Tunisia, keluarga Brahim al-Aouissaoui mengatakan, bahwa dia telah berbicara melalui video call dengan keluarganya, pada saat diluar gereja.

Video call antara Brahim dengan keluarganya itu dilakukannya di luar gereja, beberapa jam sebelum serangan itu terjadi.

Keluarganya mengatakan, bahwa Brahim tidak menunjukkan tanda-tanda akan rencananya melakukan tindakan kekerasan apapun.

Baca Juga: 20 Ribu Formasi CPNS 2019 Terancam Kosong! Dapat Diisi Peserta Lain dengan Kriteria Berikut

Saudara perempuan Brahim, Atef, juga merespon insiden tersebut, hanya untuk sekedar mencari tempat tidur.

Anggota keluarga yang lain pun merasakan rasa terkejutnya ketika Brahim melakukan rencananya untuk melakukan kejahatan yang begitu kejam.

“Kakak saya adalah orang yang ramah dan tidak pernah menunjukkan ekstremisme,” kata kakak laki-lakinya, Yassin, dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Pengumuman CPNS 2019 Hari ini, Berikut Tahapan Lengkap Pemberkasan untuk Peroleh NIP Resmi dari BKN

Di keluarganya, Brahim dikenal menghormati semua orang dan menerima perbedaan mereka. Bahkan sejak ia masih kecil.

Sebelumnya, Kepala Jaksa Anti-Terorisme Prancis Jean Francois Ricard mengatakan, tersangka bernama Brahim al-Aouissaoui adalah seorang Tunisia yang lahir pada 1999.

Brahim tiba di Eropa pada 20 September lalu di Lampedusa, pulau Italia di lepas Tunisia yang merupakan titik pendaratan utama bagi para migran dari Afrika.

Baca Juga: 18 Provinsi di Indonesia Sepakat Tidak Menaikkan Upah Minimum di Tahun 2021, Simak Selengkapnya

Lalu, Brahim tiba di Nice dengan menumpangi kereta api pada Kamis, 29 Oktober pagi waktu setempat dan pergi ke gereja.

Di gereja tersebutlah, Brahim menikam dan membunuh seorang pengurus gereja (Vincent) yang berusia 55 tahun dan memenggal kepala seorang jemaat wanita berusia 60 tahun.

Tak hanya itu, Brahim juga menikam seorang wanita berusia 44 tahun (Simone), yang melarikan diri ke kafe terdekat tempat dia membunyikan alarm sebelum meninggal.

Baca Juga: Doni Monardo Apresiasi Relawan Covid-19 yang Dituntut Harus Bergerak Tanpa Berkerumun

Setelah itu, aparat kepolisian sigap datang ke lokasi untuk menangkap dan menembak Brahim.***

Editor: Mualifu Rosyidin Al Farisi

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x